Padang (ANTARA) - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Barat memperkuat sinergi dan koordinasi guna menekan inflasi di provinsi itu yang saat ini angkanya terus naik.

"Mengacu pada data BPS, pada September 2022 inflasi bulanan di Sumbar mencapai 1,39 persen, inflasi tahun berjalan 6,95 persen dan inflasi tahunan 8,49 persen, untuk itu TPID terus memperkuat sinergi dan koordinasi dalam rangka pengendalian," kata Kepala Bank Indonesia perwakilan Sumbar Wahyu Purnama di Padang, Selasa.

Menurut dia, saat ini secara tahunan inflasi Sumatera Barat pada September 2022 mencapai 8,49 persen atau lebih tinggi dibandingkan Agustus 2022 sebesar 7,11 persen.

"Nilai realisasi inflasi tahunan Sumatera Barat juga tercatat berada pada level yang lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi Nasional sebesar yang hanya 5,95 persen," ujarnya.

Ia melihat jika inflasi terus berlanjut dikhawatirkan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi hingga meningkatnya angka kemiskinan.

"Oleh sebab itu ini harus menjadi kesadaran bersama semua pihak untuk bersama-sama meringankan beban masyarakat," katanya.

Ia memaparkan beberapa program yang telah diselenggarakan dalam rangka pengendalian inflasi daerah yaitu pencanangan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Sumatera Barat pada 19 September 2022 oleh seluruh bupati dan wali kota.

Kemudian pasar murah pada 19-22 September 2022 dilanjutkan di seluruh kabupaten dan kota sepanjang September 2022.

Lalu pencanangan Gerakan Menanam Cabai di Pekarangan Merdeka 77 yang dimulai di tingkat provinsi dan secara berkesinambungan diselenggarakan di wilayah kabupaten dan kota.

Berikutnya pencanangan Program Menggunakan dan Memproduksi Pupuk Organik yang dalam hal ini BI Sumbar memberikan bantuan Rumah Kompos kepada Keltan Bina Bersama di Kota Payakumbuh;

Lalu penandatanganan PKS dengan pemerintah Kabupaten Tanah Datar dalam rangka pengembangan klaster baru komoditas cabai merah.

Pada September 2022 Inflasi di Sumatera Barat bersumber dari kenaikan harga komoditas bensin, beras, angkutan dalam kota, angkutan antar kota, dan ketupat/ lontong sayur.

Inflasi pada komoditas bensin terjadi sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk menyesuaikan harga BBM subsidi pada 3 September 2022.

Sedangkan beras mengalami kenaikan harga disebabkan oleh meningkatnya biaya produksi di sisi hulu akibat kenaikan biaya transportasi maupun kenaikan harga pupuk.

Selain itu kondisi curah hujan yang tinggi juga mendorong keterlambatan distribusi pasokan beras akibat kendala pengeringan gabah. Angkutan Dalam Kota serta Angkutan Antar Kota mengalami inflasi sebagai dampak kenaikan harga BBM.

Baca juga: TPID Sumbar: Keberadaan Toko Tani efektif kendalikan inflasi

Baca juga: Gubernur Sumbar fokus tangani harga cabai untuk kendalikan inflasi


 

Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Ahmad Buchori
COPYRIGHT © ANTARA 2022