Pekalongan (ANTARA News) - Tujuh perusahaan es di Kota Pekalongan terancam gulung tikar, menyusul berhentinya aktivitas para nelayan untuk mencari ikan di laut. Ketua KUD Makaryo Mino Kota Pekalongan Riyantho Chaidiri di Pekalongan, Selasa, mengatakan, naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar yang ditetapkan Oktober 2005, telah mengakibatkan sejumlah perusahaan es di Kota Pekalongan "kembang kempis". "Bahkan akibat adanya kenaikkan harga BBM ini, dua perusahaan es, Tirta Raya Mina dan PT Putro Pendowo telah tutup," kata Ketua Puskud Jateng tersebut. Tujuh perusahaan es tersebut yaitu, Along Jaya, Tirta Bhakti Sarana (TBS), KUD Makaryo Mino, Pekalongan Es Jaya Utama, BMS, Tirta Raya Mina (TRM), dan PT Putro Pendowo. Menurut dia, dalam keadaan normal, perusahaan es mampu memenuhi kebutuhan para nelayan sebesar 1.200 ton es, tetapi saat ini hanya sekitar 75 ton es, sehingga perusahaan banyak yang merugi karena biaya untuk produksi dengan pendapatan tidak seimbang lagi. "Sebelum ada kenaikkan harga BBM, perusahaan es di Kota Pekalongan mampu memproduski 1.200 ton es, tetapi saat ini sekitar 75 ton es saja, karena banyak nelayan yang tidak melaut," katanya menjelaskan. Ditanya seputar langkah apa saja untuk menghindari pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap para karyawan di perusahaan es Makaryo Mino, ia mengatakan, pihaknya telah mengurangi aktivitas kerja karyawan dengan cara tiga hari kerja, dan tiga hari lainnya istirahat. "Mereka tetap bekerja, hanya saja kami menggunakan cara shift tiga hari kerja dan tiga lainnya berhenti bekerja," katanya. Dengan terpuruknya sektor perikanan di Kota Pekalongan, ia berharap agar pemerintah secepatnya memberikan kebijakan yang menguntungkan para nelayan. "Selama ini, nelayan maupun sektor usaha lain yang berhubungan dengan perikanan sangat terpuruk, sehingga kami berharap pemerintah memberikan kebijakan yang menguntungkan nelayan, yaitu dengan cara menurunkan harga solar," katanya.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006