Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia dan Papua Nugini (PNG) akan bekerjasama mengejar dan menangkap pelaku penyerangan pos TNI di Desa Wembi, Distrik Arso Kabupaten Keerom, Papua, Senin (10/4) siang, yang menewaskan dua anggota TNI dan satu mahasiswa. "Saya kira diperlukan kerjasaam dengan pemerintah PNG untuk melakukan pengejaran dan penangkapan terhadap pelaku penyerangan, mengingat insiden itu terjadi di perbatasan RI-PNG," kata Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukam) Widodo AS di Jakarta, Selasa. Berbicara usai rapat koordinasi terbatas bidang Polhukam, ia mengatakan, selama ini Indonesia dan PNG telah memiliki kerjasama yang baik. "Terkait dengan insiden itu, maka kita akan tingkatkan kerjasama kedua negara yang telah terjalin selama ini," katanya. Yang penting, lanjut Widodo, pemerintah akan melakukan langkah-langkah tindak lanjut untuk mengungkap insiden tersebut secara terukur, proposional, dan profesional berdasar data intelijen yang akurat. Ia mengatakan, selama satu setengah tahun ini situasi keamanan di Papua berada dalam kondisi yang kondusif, tidak ada gangguan-gangguan keamanan yang berarti. Namun, sejak beberapa waktu lalu terjadi peningkatan eskalasi yang berdampak pada situasi keamanan di Papua. Meningkatnya eskalasi itu diawali dengan menyeberangnya 43 warga Papua pencari suaka ke Australia, yang ditanggapi Australia dengan pemberian visa tinggal sementara kepada 42 dari 43 warga Papua pencari suaka. Eskalasi makin meningkat dengan munculnya berbagai aksi demonstrasi yang disertai tindakan anarkis seperti aksi menuntut penutupan operasioanl PT Freeport yang ditindaklanjuti dengan tindakan pengrusakan Hotel Sheraton di Timika. Aksi anarkis terus berlanjut dengan adanya insiden Abepura yang menewaskan empat anggota Polri dan satu anggota TNI, serta yang terakhir penyerangan terhadap Pos TNI di Wemby yang menewaskan dua anggota batalyon 509 Kostrad dan satu mahasiswa serta korban lainnya luka-luka. "Serangkaian kejadian tersebut menunjukkan ada kelompok-kelompok tertentu yang sengaja melakukan kegiatan yang mengganggu keamanan, menciptakan instabilitas, dengan tujuan dan kepentingan tertentu," kata Widodo. Selain itu, serangkaian kejadian tersebut juga mengindikasikan adanya keberadaan elemen separatis yang tidak saja melakukan kegiatan politis, tetapi juga separatis melalui penyerangan pos TNI. "Ini sekaligus menunjukkan adanya gerakan separatis bersenjata," ujarnya menambahkan. Indikasi adanya elemen separatis di Papua, juga ditandai dengan pernyataan Jacob Rumbia yang menyatakan, Papua akan merdeka pada 2010, kata Widodo AS. Untuk itu, pemerintah akan melakukan tindakan tegas secara terukur, proposional dan profesional terhadap berbagai bentuk pelanggaran hukum dan keamanan, termasuk yang mengancam kedaulatan RI. Sementara itu, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar yang dihubungi ANTARA News secara terpisah mengemukakan, kemungkinan besar para pelaku penyerangan melarikan diri ke PNG, mengingat aksi penyerangan itu terjadi di wilayah perbatasan RI-PNG. "Kemungkinan besar lari ke sana, itu kan daerah perbatasan," katanya, singkat. Tetapi, tambah Syamsir, para pelaku penyerangan masih berada di Papua. Tentang penambahan aparat intelijen di Papua, mantan Asisten Intelijen Kasum ABRI itu, mengatakan, belum ada.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006