Sydney (ANTARA) - Dolar lanjutkan penguatan di sesi Asia dalam perdagangan berombak pada Kamis pagi, dengan dukungan dari data AS yang optimis dan komentar pembuat kebijakan yang hawkish, sementara prospek harga energi yang lebih tinggi membantu mata uang eksportir dan membebani mata uang importir.

Dolar menguat 1,0 persen terhadap euro dan 1,3 persen terhadap sterling semalam dan mencoba mempertahankan kenaikan tersebut di awal perdagangan Asia. Euro kini telah melakukan dua upaya yang gagal untuk mendapatkan kembali keseimbangan minggu ini dan terakhir dibeli 0,9916 dolar. Rebound sterling dari rekor terendah telah berhenti tepat di bawah 1,15 dolar.

Industri jasa-jasa AS membukukan ekspansi satu bulan lagi pada September, data menunjukkan semalam, sementara angka pasar tenaga kerja solid dan defisit perdagangan menyempit. Presiden The Fed San Francisco Mary Daly menegaskan kembali fokus pembuat kebijakan pada memerangi inflasi dan menepis harapan pasar untuk penurunan suku bunga pada 2023.

"Saya pikir itu hanya mengingatkan orang bahwa Anda mungkin agak terlalu dini dalam mencoba menilai penurunan suku bunga di AS," kata Ahli Strategi Mata Uang Westpac Imre Speizer.

"Itu mendorong kenaikan suku bunga dan mendorong dolar AS," katanya, ketika langkah agresif Federal Reserve (Fed) untuk mengendalikan inflasi menetapkan langkah bagi bank sentral di seluruh dunia.

Baca juga: Dolar menguat, investor perkirakan sikap Fed kemungkinan tidak berubah

"Ini satu perdagangan untuk seluruh dunia," kata Speizer. "Tidak ada suku bunga mata uang yang benar-benar bisa turun dan melakukan hal mereka sendiri secara mandiri."

Pasar obligasi secara global terjual tajam. Suku bunga berjangka menyiratkan lebih dari 130 basis poin pengetatan ke depan untuk The Fed sebelum pertengahan tahun depan.

Indeks dolar AS terhuyung-huyung 0,06 persen lebih rendah menjadi 110,86, dari posisi terendah di dekat 110 dari awal pekan ini, meskipun agak jauh di bawah tertinggi 20 tahun minggu lalu di 114,78.

Sterling terakhir dibeli 1,1367 dolar, sedangkan dolar Australia dan Selandia Baru masing-masing naik sekitar 0,4 persen, membawa Aussie menjadi 0,6518 dolar AS dan kiwi menjadi 0,5772 dolar AS.

Baca juga: Sterling kokoh setelah kebijakan Inggris berbalik arah, Aussie turun

Yen, yang telah bertahan stabil oleh risiko intervensi Jepang lebih lanjut, duduk di 144,57 per dolar.

Kartel produsen minyak yang dipimpin Arab Saudi sepakat untuk memangkas produksi secara tajam pada Rabu (5/10/2022), mengangkat minyak mentah berjangka Brent ke level tertinggi tiga minggu di 93,99 dolar AS per barel.

"Harga energi yang lebih tinggi akan memiliki dampak yang jauh lebih langsung pada kawasan Eropa mengingat hubungan yang lebih langsung dengan keuangan mereka," kata Ahli Strategi NatWest Markets Jan Nevruzi.

Kemudian pada Kamis, Bank Sentral Eropa akan merilis risalah dari pertemuan kebijakan bulan lalu. Pedagang juga menunggu data pasar tenaga kerja AS pada Jumat (7/10/2022) untuk mengukur seberapa cepat dan jauh The Fed mungkin bersedia menaikkan suku bunga.

Baca juga: Harga minyak naik di Asia, OPEC+ setuju pangkas produksi 2 juta barel

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2022