Accra (ANTARA News) - Raja Ghana yang dibunuh dalam perseteruan etnis berdarah empat tahun lampau memicu reaksi politik saat dimakamkan pada Senin malam dalam satu upacara rahasia di Yendi, di kawasan utara negeri itu. Hanya sedikit orang yang menyaksikan pemakaman tersebut, demikian sejumlah laporan layaknya dikutip Kantor Berita Jerman (DPA). Ya-Na Yakubu Andani II, yang memerintah selama 28 tahun, dipenggal saat memimpin rapat, sehingga memicu pertikaian perebutan tahta kerajaan pada Maret 2002 antar-keluarganya. Raja dan sekitar 40 kerabat dekatnya dari keluarga Andani tewas dalam pertikaian dengan lawannya dari keluarga Abudu. Keluarga Andani menuduh beberapa anggota terkemuka pemerintahan Presiden John Agyekum Kufuor terlibat, tapi suatu komite dibentuk untuk meneliti keterlibatan mereka. Dua orang yang diajukan ke pengadilan atas pembunuhan raja, kemudian dibebaskan lantaran kurang bukti. Upacara pemakaman dimulai akhir pekan lalu diikuti 28 isteri raja, kemudian para ketua keluarga, berdatangan ke Yendi. Senin sore, pejabat-pejabat pemerintah, ketua-ketua dan para sesepuh dari berbagai wilayah tradisional di Ghana tiba untuk memberikan penghormatan terakhir kepada raja. Kehadiran keamanan yang ketat tidak menghentikan beberapa kerusuhan, meskipun mereka cepat dapat dikendalikan. Polisi mengatakan mereka menyita beberapa senjata dan amunisi serta menahan beberapa orang. Dua keluarga masih terlibat pertikaian dalam menentukan siapa raja mendatang. Pemakaman raja yang tewas dibunuh hanya langkah pertama untuk membawa perdamaian kawasan ini. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006