Jakarta (ANTARA) - Ketua DPR RI Puan Maharani mengingatkan tidak ada negara yang bisa menghadapi gejolak global sendirian sehingga perlu kerja sama dengan negara lain.

"Dalam menghadapi gejolak dan tantangan global ke depan, tidak ada satu negara yang mampu menghadapinya sendirian. Setiap negara membutuhkan kerja sama dengan negara lainnya," kata Puan dalam Pembukaan The 8th G20 Parliamentary Speakers’ Summit (P20) di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis.

Gelaran P20 yang merupakan rangkaian dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 itu dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo dan dihadiri oleh Presiden Inter-Parliamenthary Union (IPU) Duarte Pacheco.

Di hadapan Presiden Jokowi dan pimpinan-pimpinan parlemen negara G20, Puan mengatakan bahwa penyelenggaraan P20 bertujuan untuk menggalang kerja sama parlemen dalam mendukung agenda dan implementasi kesepakatan G20.

Khususnya, lanjut Puan, dalam kerangka pemulihan global, pencapaian agenda pembangunan berkelanjutan 2030, dan mengatasi berbagai tantangan global lainnya.

"Kita bertemu pada momen setelah dunia baru saja menghadapi pandemi COVID-19 dan setiap negara sedang menjalankan pemulihan sosial dan ekonomi dari dampak pandemi tersebut," ucapnya.

Puan mengingatkan bahwa kondisi perekonomian global saat ini menempatkan setiap negara berada dalam kerentanan yang tinggi ditandai dengan lonjakan inflasi, respons kebijakan moneter, perlambatan ekonomi, konflik geopolitik, serta meluasnya stagflasi. Kondisi ini diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun 2023.

"Di samping itu, kita juga masih memiliki sejumlah agenda global untuk direspons melalui kerja-kerja nyata, antara lain, isu-isu yang berkaitan dengan climate change, lingkungan hidup, ekonomi hijau, ketahanan pangan dan energi, serta kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan," tutur Puan.

Baca juga: Ketua DPR: P20 berkontribusi menyelesaikan tantangan global
Baca juga: Puan sebut tujuh isu strategis diangkat dalam pertemuan P20


Perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI ini mengatakan bahwa pertemuan P20 sangat strategis karena G20 menguasai 85 persen ekonomi dunia dan memiliki 65 persen penduduk dunia.

Menurut Puan, aksi konkret G20 akan membawa dampak dan manfaat nyata, tidak hanya untuk G20, tetapi juga untuk dunia.

Puan menyebut masalah lokal dapat dengan mudah berkembang menjadi krisis global yang bisa berdampak pada kehidupan sehari-hari rakyat di berbagai negara.

Oleh karena itu, lanjut dia, setiap negara harus selalu memperhitungkan kemungkinan terjadinya krisis global dalam setiap pembuatan kebijakan di dalam negeri.

"Jelaslah bahwa saat ini segala masalah dunia kita saling berhubungan. Oleh karena itu, perlu respons bersama yang melibatkan berbagai kalangan dan perspektif," kata Puan.

Puan memandang perlu kerja bersama, kolaborasi, gotong royong antarnegara berupa kerja sama internasional, gotong royong antarpihak dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, dan gotong royong antarbidang melalui pendekatan multisektor yang melibatkan solusi keamanan, politik, ekonomi, dan sosial.

Ia mengemukakan bahwa setiap negara memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam menghadapi risiko ancaman krisis.

Melalui kerja bersama, kolaborasi, dan gotong royong antarnegara, dia berharap dapat meningkatkan daya respons setiap negara untuk menanggulangi permasalahan global.

Hal itu dapat dilakukan, kata Puan, bila negara-negara anggota G20 perlakukan Sidang Forum P20 ini dengan komitmen yang kuat, untuk selamatkan nasib dunia yang ditentukan oleh keputusan-keputusan yang akan diambil.

Puan mengatakan bahwa masyarakat di seluruh negara memiliki harapan besar agar P20 berkontribusi dalam menyelesaikan berbagai gejolak dan tantangan global yang melanda dunia.

"Kekuatan parlemen, P20, adalah mewakili suara rakyat global. P20 memberikan legitimasi atas upaya Pemerintah dalam menjalankan komitmen kebijakan luar negeri, pemulihan pascapandemi, dan merespons tantangan global," kata Puan.

Baca juga: Jokowi ajak parlemen G20 jadi solusi tantangan global
Baca juga: Jokowi sebut multilateralisme paling efektif atasi tantangan dunia


Dalam mewujudkan komitmen parlemen untuk memberikan sebuah harapan baru, Puan memandang penting komitmen kerja bersama antarnegara dalam membangun kemajuan bersama.

Selain itu, juga dalam membangun nilai global yang mempromosikan perdamaian, toleransi, dan solidaritas dalam persaudaraan serta agenda kerja bersama antarnegara yang nyata.

"Kita memiliki kesadaran bahwa diperlukan kerja bersama dalam mengatasi permasalahan global. Namun, pada saat bersamaan, kita melihat dunia yang makin terbelah. Kita melihat masing-masing negara melangkah secara unilateral, kita menyaksikan meningkatnya rivalitas," ucapnya.

Seluruh pimpinan parlemen negara G20 hadir dalam forum internasional bergengsi ini, di antaranya Ketua Dewan Rakyat Inggris Sir Lindsay Harvey Hoyle, Chairman of Foreign Affairs Committee House of Representatives Amerika Serikat Gregory Meeks, Ketua Majelis Tinggi Parlemen Rusia Valentina Matviyenko, dan Ketua Parlemen Ukraina Olena Kondratiuk.

Hadir pula Ketua Dewan Federal Nasional Uni Emirat Arab Saqr Ghobash, Ketua DPR Australia Milton Dick, Wakil Ketua Komite Tetap National People’s Congress Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Zhu Chen, dan Deputy Speaker of the National Assembly Korea Kim Young Joo.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: D.Dj. Kliwantoro
COPYRIGHT © ANTARA 2022