Jakarta (ANTARA News) - Tiga perusahaan ritel asing akan masuk ke Indonesia tahun ini menyusul kondisi di dalam negeri yang terus membaik bagi iklim investasi khususnya di sektor ritel. "Ada beberapa ritel asing yang akan masuk, karena dilihat situasi untuk investasi sudah lebih bagus," ujar Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo) Handaka Santosa, di Jakarta, Rabu. Sayangnya ia enggan menyebutkan, nama ritel asing tersebut karena masih dalam tahap perundingan, tapi diperkirakan akan segera merealisasikan investasinya tahun ini. "Minimum ada tiga ritel asing." Handaka melihat langkah pemerintah untuk mengatasi ekonomi biaya tinggi selain akan meningkatkan daya saing produk Indonesia, juga akan menumbuhkan bisnis ritel di dalam negeri. Ia mengaku, pada Januari sampai Maret 2006 omzet peritel relatif tidak ada kenaikan atau stagnan dibanding periode yang sama tahun 2005, akibat kondisi ekonomi nasional yang cenderung lesu. Handaka mengatakan pada tiga bulan pertama 2006, kalangan perusahaan ritel mengalami kesulitan, karena pada satu sisi penjualan tidak ada kenaikan, tetapi gaji pegawai naik, belum lagi rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Untungnya, kata dia, TDL tidak jadi dinaikkan. Kalau jadi, lanjut dia, perusahaan ritel akan semakin tertekan, karena penjualan turun, dan kena biaya listrik yang tinggi mengingat perusahaan ritel seperti mall beroperasi 12 jam dari pukul 10 sampai 22.00 (jam 10 malam) dimana pada pukul 17.00 sampai 20.00 pemakaian listrik kena tarif yang lebih besar. "Namun pada April 2006 kita perkirakan penjualan ritel akan mulai meningkat, seiring batalnya kenaikan TDL, kenaikan gaji PNS, dan UMR," katanya. Ia mengatakan akan terus menggenjot penjualan mulai April agar bisa menutup ongkos-ongkos lain yang naik. Ia berharap dengan naiknya penjualan pada April 2006 dan bulan-bulan selanjutnya sampai akhir tahun, maka penjualan ritel di Indonesia akan tumbuh 20 persen dari Rp42 triliun pada 2005 menjadi Rp50triliun pada 2006. Menanggapi soal pedagang kecil, Handaka mengatakan, pihaknya mengakomodir keberadaan pedagang kecil di pasar modern tersebut dengan memberikan tempat khusus. Namun sayangnya, kata dia, kebanyakan pedagang kecil justru menjual barang-barang dari Cina, mulai dari pakaian, mainan, dan lain-lain. "Saya usulkan bentuk tim terpadu seperti dulu ada UP3DN (Upaya Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri). Saat ini belum terpadu, Depdag dan kadin punya program masing-masing, padahal kami retail punya `space` (ruang) untuk kampanye untuk meningkatan P3DN," ujarnya.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006