Jakarta (ANTARA News) - Menko Perekonomian Boediono mengatakan kenaikan harga minyak dunia yang mencapai 68 dolar AS per barel tidak perlu dikhawatirkan dapat mengganggu anggaran pemerintah. "Kita siap-siap saja, tidak perlu khawatir deh. Pada waktunya nanti kita lakukan perhitungan kembali, tetapi nanti deh. Sementara ini harga kan bisa naik bisa turun, sekarang 68 dolar AS, tetapi besok bisa saja turun, apalagi musim panas sudah mulai," kata Boediono di Jakarta, Rabu. Dijelaskannya, dengan perubahan berbagai indikator makro ekonomi itu, pemerintah telah berencana mengubah asumsi dasar di APBN 2006, seperti harga minyak dan nilai tukar rupiah. "Ini kan baru April, revisi APBN nanti kita lihat pada waktunya. Untuk sekarang kita tetap pakai asumsi harga minyak 57 dolar AS per barel sebagai pegangan untuk penerimaan dan subsidi BBM," katanya. Begitu pula mengenai asumsi nilai tukar rupiah yang di APBN 2006 ditetapkan Rp9.900 per dolar AS, juga akan diubah mengingat saat ini rupiah sudah mencapai Rp8.975 per dolar AS. "Nanti kita akan hitung semua perubahan asumsi dasar, bagaimana dampaknya pada penerimaan, pengeluaran, subsidi dan lain-lain," katanya. Mengenai asumsi pertumbuhan ekonomi, menurut Boediono diperkirakan masih tetap sesuai target 6,2 persen. Pada APBN 2006 pemerintah menetapkan defisit Rp21,43 triliun atau 0,7 persen, jumlah itu bersumber dari angka pendapatan dan hibah Rp626,24 triliun dan belanja Rp647,67 triliun. Asumsi dasar yang dipakai yaitu PDB Rp3,04 triliun, pertumbuhan ekonomi 6,2 persen, inflasi 8 persen, SBI 3 bln 9,5 persen, kurs Rp9.900 per dolar AS, harga minyak 57 dolar AS per barel dan produksi minyak 1,050 juta barel per hari.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006