Jakarta (ANTARA News) - Ternyata tidak hanya aktivis lingkungan atau orang-orang dari Kementerian Lingkungan Hidup saja yang peduli akan lingkungan hidup, penyanyi cilik Tasya pun punya kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan hidup di Jakarta. Hal itu terbukti oleh pertanyaan khas anak kecil yang dia lontarkan dalam acara "Malam Adopsi Pohon" sebagai rangkaian "Pekan Ceria Anak Cinta Lingkungan" di Kemang, Jakarta Pusat, kemarin. "Sebenarnya lebih penting mana sih antara gedung-gedung tinggi dengan pohon tinggi di Jakarta," ujarnya bertanya pada semua hadirin dalam acara "Malam Adopsi Pohon" itu. Kontan semua hadirin terdiam dan terhenyak mendengar pertanyaan Tasya yang malam itu menjadi pembawa acara bersama dengan Farhan. Semua hadirin pun terdiam tanpa bisa menjawab. "Hayo siapa yang bisa menjawab pertanyaan Tasya," kata Farhan meminta jawaban kepada semua hadirin termasuk kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup (Meneg LH) Rachmat Witoelar, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meuthia Hatta, aktivis lingkungan Erna Witoelar yang hadir pada acara itu. Akhirnya Meneg LH Rachmat Witoelar pun berdiri dan menuju panggung untuk menjawab pertanyaan si pelantun lagu Aku Adalah Anak Gembala dan Ambilkan Bulan itu. "Begini Tasya, sebenarnya sudah ada aturan dalam tata ruang kota bahwa 30 persen dari luas seluruh kota diperuntukkan bagi jalur terbuka hijau seperti hutan kota," kata Rachmat. Rachmat melanjutkan sudah semestinya ada keseimbangan antara jumlah gedung-gedung tinggi di Jakarta dengan pohon-pohon hijau sebagai paru-paru kota. Dede Yusuf yang hadir sebagai anggota DPR RI Komisi VII dalam acara itu pun juga ikut membantu Meneg LH menjawab pertanyaan Tasya. "Memang sebaiknya mal-mal di Jakarta dihentikan dulu pembangunannya. Buat dulu taman-taman di tengah kota," kata Dede. Taman-taman kota itu, lanjut artis film itu, akan menjadi paru-paru kota yang memasok oksigen bagi masyarakat Jakarta. Tasya pun mengangguk-anggukan kepalanya tanpa tahu apakah dia mengerti atau malah bingung dengan penjelasan itu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006