Jakarta (ANTARA) - Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto mengatakan keketuaan Indonesia pada G20 tahun ini merupakan momentum memimpin kolaborasi antarnegara untuk menghadirkan solusi bagi beragam tantangan dunia yang semakin kompleks dan keras.

"Salah satu sebab dasarnya adalah pada saat kita memegang mandat keketuaan G20, kita berpikir bagaimana membuat dunia ini cepat pulih dari resesi ekonomi karena adanya pandemi COVID-19. Pada saat mandat itu dilaksanakan, lalu ada eskalasi di dinamika geopolitik yang membuat tantangan dunia makin keras," ujar Andi dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.

Dengan demikian, menurut dia, keketuaan Indonesia dalam G20 pada tahun ini juga merupakan keketuaan G20 yang paling menantang dan sibuk, sejauh keberadaan forum tersebut.

Hal itu disampaikan Andi saat memberikan sambutan dalam Seminar Nasional Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXIV Lemhannas RI Tahun 2022 bertajuk Kolaborasi/Kepemimpinan G20: Konektivitas dan Rantai Kolaborasi, di Gedung Pancagatra Lemhannas, Jakarta, Selasa (11/10).

Dalam kesempatan yang sama, Andi mengatakan bahwa sebagaimana yang disampaikan oleh Presiden RI Joko Widodo saat memberikan amanat dalam upacara peringatan HUT Ke-77 TNI pada 5 Oktober 2022 lalu, ada krisis di tiga sektor yang diprediksi melanda dunia pada tahun 2023 mendatang. Tiga sektor itu adalah pangan, energi, dan finansial.

Baca juga: Lemhannas sampaikan 4 isu arus utama bagi G20 atasi krisis global

Baca juga: Lemhannas sebut kolaborasi antarnegara solusi atasi krisis global


Oleh karena itu, Andi menilai Presidensi G20 2022 di Indonesia saat ini menjadi semakin menantang. Atas prediksi itu pula, Lemhannas kemudian merumuskan beberapa masukan untuk pemerintah, termasuk dalam memimpin G20, terkait dengan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi ancaman krisis tersebut.

“Seminar PPRA LXIV Lemhanas RI Tahun 2022 salah satunya hadir sebagai forum untuk memberi masukan-masukan kepada pemerintah, termasuk Presidensi G20 karena peserta di Lemhannas telah dibekali perspektif ketahanan nasional saat menghadapi krisis," ujar dia.

Pidato Presiden Jokowi Widodo yang dibacakan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto turut menyoroti situasi global yang menjadi tidak kondusif. Situasi ini membuat kepemimpinan Indonesia pada Presidensi G20 tahun ini menjadi lebih kompleks sekaligus makin vital. Sebab, rentetan krisis dan seteru geopolitik memiliki dampak buruk yang sangat masif.
 
“Kepemimpinan Indonesia sebagai Presiden G20 merupakan sebuah tanggung jawab dan amanah yang besar bagi Indonesia karena pandemi Covid-19 di dunia belum selesai, sementara pemulihan global masih terpecah-pecah dan terjadi secara tidak merata di berbagai negara. Sementara itu, dalam waktu kurang dari 3 bulan Presidensi Indonesia, dunia dikejutkan dengan perang Rusia-Ukraina, dan tidak dapat disangkal tanggung jawab G20 jauh menjadi lebih kompleks,” ujar Menko Airlangga.

Sementara Menteri Luar Negeri RI (Menlu) Retno Marsudi saat menyampaikan pidato kunci mengatakan melalui keketuaannya di G20 pada tahun 2022 ini, Indonesia memang selalu mengedepankan paradigma kolaborasi, bukan kompetisi.

"Indonesia mengedepankan paradigma kolaborasi, bukan kompetisi, dan paradigma engagement (pelibatan), bukan containment (pembendungan). Pandemi mengajarkan pelajaran berharga bahwa no one is safe until everyone is (tidak ada satu orang pun yang aman sampai seluruh pihak aman)," ujar Retno.

Baca juga: Lemhannas: Sekitar 46 persen komoditas global melalui laut Indonesia

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Chandra Hamdani Noor
COPYRIGHT © ANTARA 2022