Markas PBB, New York (ANTARA News) - Amerika Serikat (AS) mencoba menghambat dikeluarkannya sebuah pernyataan resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang disusun oleh negara-negara Arab guna mendesak Israel mengakhiri serangkaian erangan militernya terhadap Palestina. Duta Besar AS untuk PBB, John Bolton, pada Kamis waktusetempat mengatakan bahwa rancangan itu, kendatipun setelah tiga hari perundingan, "adalah kecaman yang tidak pantas terhadap Israel, juga tidak adil dan tidak tidak ada gunanya." Tapi, peninjau Palestina, Riyad Mansour, menuduh pihak Washington "melindungi dan membela aktivitas-aktivitas dan agresi Israel terhadap rakyat Palestina." Pihak Washington tidak memiliki hak veto resmi apabila rancangan itu menjadi pernyataan Dewan Keamanan (DK) PBB. Meskipun demikian, AS dapat memblokir rancangan pernyataan tersebut, karena peraturan DK PBB menetapkan bahwa pernyataan-pernyataannya harus didukung suara bulat oleh semua 15 negara anggotanya. Dalam perundingan tertutup pada Kamis itu, AS secara efektif membatalkan rancangan pernyataan tersebut dengan berusaha melakukan amandemen, dan berhasil lantsran Qatar selaku satu-satunya anggota dari negara Arab mengalah. Menjawab pertanyaan wartawan bahwa hanya Washington yang menentang pengeluaran pernyaaan itu, Bolton menagatakan, "Jika saya hanya bertahan, maka saya bangga akan fakta itu." Qatar, yang bertindak atas nama kelompok Arab di PBB, Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang beranggotakan 57 negara, dan Gerakan Non-Blok (GNB) yang beranggotakan 112 negara, segera meminta dilakukan debat terbuka mengenai Timur Tengah, yang menurut rencana akan diselenggarakan Senin petang waktu setempat. "Saya tidak melihat bahwa pertemuan itu akan berjalan produktif , karena saya kita Dewan Keamanan tidak akan melaksanakan terapi kelompok itu," kata Bolton. Namun, Mansour memperkirakan lebih dari 150 anggota PBB akan berbicara dalam pertemuan itu, dan menunjukkan bahwa mayorits besar para anggota PBB berada "dipihak keadilan dan hukum internasional." Rancangan pernyataan itu, setelah tiga hari dilakukan revisi, bersifat lebih lunak dengan menyatakan sangat khawatir atas serangan roket terhadap Israel yang ditembakkan dari Gaza yang disebutnya bertujuan untuk mengakhiri serangan-serangan para pejuang Palestina itu. Rancangan pernyataan itu juga mendesak kedua pihak menaati hukum internasional dan mengekang diri dari tindakan yang dapat meningkatkan ketegangan. Pernyataan itu juga menyeru Palestina "mengambil sikap publik yang tegas terhadap aksi kekerasan dan melakukan tindakan tegas untuk menghentikan serangan-serangan roket dan aksi bom bunuh diri." (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006