Jakarta (ANTARA) - Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto optimistis Indonesia bisa lolos dari jurang resesi meski dunia diramal gelap akibat resesi di 2023 karena ekonomi Tanah Air mulai pulih dan tekanan inflasi mulai melandai.

“Selama Indonesia bisa mengoptimalkan laju positif pemulihan ekonomi domestik sebenarnya risiko resesi tahun depan bisa dihindari,” ujar Eko dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Eko berharap pemerintah terus memaksimalkan tren positif pertumbuhan ekonomi domestik agar terhindar dari ancaman tersebut. Menurutnya, pengoptimalan ekonomi domestik untuk terhindar dari resesi sangat diperlukan sebab disebabkan saat ini keterbukaan ekonomi Indonesia masih relatif rendah.

Baca juga: OJK yakin Indonesia mampu bertahan dari ancaman resesi dan stagflasi

Ia menilai, resesi pada tahun 2023 berbeda dengan yang terjadi pada tahun 2020 di mana pada saat itu semua negara hampir seluruhnya terdampak pandemi COVID-19.

“Hal ini juga beda dengan resesi 2020 lalu di mana hampir semua negara mengalami resesi karena kasus pandemi yang tidak terkendali waktu itu,” jelasnya.

Sementara saat ini, lanjutnya, Indonesia dinilai sudah lebih siap dalam menghadapi ancaman krisis sehingga diharapkan Indonesia bisa lolos dari resesi.

“Saat ini, tingkat kesiapan lebih baik. Namun demikian, dampak jangka pendek terhadap risiko arus modal keluar memang perlu diwaspadai agar tidak membuat rentan kurs Rupiah,” tutur Eko.

Baca juga: Presiden Bank Dunia sebut ekonomi global "sangat dekat" dengan resesi

Adapun sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan Indonesia masih punya secercah harapan sekalipun ekonomi global diramal akan sangat gelap akibat perang Rusia-Ukraina yang masih berlangsung sengit.

“Sekalipun ekonomi global tidak menentu akibat Ukraina dan Rusia, yang pintu masuknya adalah pangan dan minyak, tapi kita mempunyai secercah harapan untuk Indonesia. Yang penting, leadership dan stabilitas nasional kita, kita harus jaga bersama-sama,” kata Bahlil.

Bahlil menjelaskan, kondisi ekonomi global terus didera masalah sejak perang dagang antara AS dan China pada 2017 hingga awal 2019. Disusul kemudian dengan pandemi COVID-19 yang meski hingga kini belum juga reda sudah dihantam lagi dengan perang Rusia-Ukraina.

“Ini betul-betul meluluhlantakkan persoalan ekonomi global kita. Dalam bahasa saya, ini ekonomi gelap, ekonomi 2023 ini gelap,” katanya.

Di bidang investasi sendiri, Presiden Joko Widodo telah menargetkan realisasi investasi pada 2023 bisa mencapai Rp1.400 triliun di tengah gelapnya ekonomi global pada tahun 2023.

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Budi Suyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2022