Tanjungpinang (ANTARA) - Ketua Badan Pengawas Pemilu Provinsi Kepulauan Riau (Bawaslu Kepri) Said Abdullah Dahlawi minta Bawaslu Kabupaten Natuna memperhatikan kondisi cuaca dalam pelaksanaan tes tertulis calon anggota panitia pengawas pemilu (panwaslu) kecamatan pada Pemilu 2024.

Saat ini, kata dia berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika gelombang laut di Natuna capai 3 meter, disertai angin kencang dalam dua hari terakhir.

Kondisi cuaca yang buruk tidak memungkinkan peserta yang tinggal di pulau-pulau menggunakan kapal menuju tempat pelaksanaan tes tertulis secara luring.

"Keselamatan peserta adalah hal yang utama diperhatikan sehingga kami menunda tes tertulis tersebut. Apalagi Pemkab Natuna mengeluarkan imbauan agar pengguna transportasi laut berhati-hati saat gelombang tinggi," ujarnya.

Said menyatakan tes tertulis calon anggota panwaslu kecamatan di Natuna dan Kepulauan Anambas dilaksanakan secara daring dan luring pada 14-16 Oktober 2022, sama seperti kecamatan di kabupaten dan kota lainnya di Kepri. Namun pelaksanaan tes ujian secara luring di sejumlah kecamatan di Natuna terpaksa ditunda karena cuaca buruk.

Jumlah peserta panwaslu kecamatan pada Pemilu 2024 di Natuna mencapai 244 orang, terdiri dari peserta 177 orang pria dan 67 orang wanita. Mereka berdomisili di-15 kecamatan di Natuna.

Bawaslu Natuna menetapkan tes ujian secara luring di enam kecamatan yakni Midai dengan jumlah peserta 15 orang, Serasan 19 orang, Serasan Timur 23 orang, Subi 16 orang, Suak Midai 17 orang dan Kecamatan Pulau Laut dengan jumlah peserta 12 orang.

Tes tertulis di Kecamatan Subi, Serasan dan Kecamatan Pulau Laut ditunda, karena cuaca buruk. Tes ujian tertulis di kecamatan itu dijadwalkan antara 19-30 Oktober 2022. Bawaslu Natuna sudah menginformasikan kepada seluruh peserta terkait jadwal tersebut.

"Mudah-mudahan di antara tanggal 19 sampai 30 Oktober gelombang laut tidak tinggi," ucapnya.

Said menuturkan satu orang PNS di Bawaslu Kepri yang sejak beberapa hari lalu bertugas di Natuna juga tidak dapat kembali ke Tanjungpinang lantaran cuaca buruk.

"Angin kencang, gelombang tinggi. Pesawat tidak terbang, kapal juga tidak berlayar sehingga staf kami terpaksa menunggu di Natuna sampai cuaca membaik," tuturnya.

 

Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Agus Setiawan
COPYRIGHT © ANTARA 2022