New York (ANTARA) - Dolar AS sedikit menguat terhadap sekeranjang mata uang lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), menghentikan beberapa pelemahan sesi sebelumnya, tetapi kebangkitan selera risiko di pasar keuangan global membatasi kenaikannya.

"Getaran risk-on (pengambilan risiko) kemarin tampaknya akan berlanjut ke sesi hari ini," kata Michael Brown, kepala intelijen pasar di perusahaan pembayaran Caxton di London.

"Kurangnya berita utama, ditambah dengan beberapa kemiripan stabilitas fiskal di Inggris, tampak menjadi biang keladinya," kata dia.

Menteri Keuangan baru Inggris Jeremy Hunt pada Senin (17/10/2022) membatalkan rencana ekonomi Perdana Menteri Liz Truss, yang telah melemahkan kepercayaan investor di Inggris dalam beberapa pekan terakhir.

Pembalikan dari rencana fiskal Inggris mendorong reli di aset-aset berisiko, termasuk di Wall Street. Keuntungan pasar saham AS juga didorong oleh pendapatan perusahaan yang kuat dari Goldman Sachs dan Johnson & Johnson.

Baca juga: Dolar AS menguat dipicu pidato bos Federal Reserve

Keputusan menteri keuangan Inggris untuk membalikkan sebagian besar "anggaran mini" pemerintah mendorong investor untuk menilai kembali prospek suku bunga Inggris dan mengirim pound sterling 0,4 persen lebih rendah hari ini menjadi 1,1316 dolar.

Bank sentral Inggris (BoE) mengatakan pada Selasa (18/10/2022) akan melanjutkan rencana untuk mulai menjual sebagian besar dari stok obligasi pemerintah dengan penjualan pertama pada 1 November, sehari lebih lambat dari yang direncanakan sebelumnya untuk menghindari bentrokan dengan pernyataan fiskal pemerintah.

Bulan lalu, pergolakan pasar yang disebabkan oleh anggaran mini pemotongan pajak pemerintah yang sekarang ditinggalkan, mendorong BoE untuk memulai putaran pembelian obligasi darurat dan mendorong kembali dimulainya penjualan 'pengetatan kuantitatif' (QT) dari 6 Oktober hingga 31 Oktober.

Terhadap sekeranjang mata uang, dolar naik 0,07 persen pada 112,15, setelah sebelumnya tergelincir ke level terendah dua minggu di 111,76. Indeks, yang turun 1,0 persen di sesi sebelumnya, tetap hanya 2,0 persen di bawah level tertinggi dua dekade di 114,58 yang disentuh pada akhir September.

"Dengan The Fed tetap menjadi salah satu bank sentral G10 yang paling hawkish, dan risiko penurunan terhadap prospek terus meningkat ... Saya tetap bullish pada dolar AS dalam jangka menengah," kata Brown dari Caxton.

Baca juga: Dolar menguat di perdagangan Asia

Dolar menemukan beberapa dukungan setelah data menunjukkan produksi di pabrik-pabrik AS meningkat pada September, dipimpin oleh kenaikan produksi dalam barang-barang tahan lama dan tidak tahan lama, menunjukkan bahwa sektor manufaktur tetap pada pijakan yang wajar meskipun Federal Reserve berupaya membatasi permintaan melalui suku bunga yang lebih tinggi.

Sementara itu yen Jepang diperdagangkan mendekati palung 32 tahun terhadap dolar pada 149 yen, menempatkan penghalang psikologis utama 150 dalam fokus dan meningkatkan kemungkinan bank sentral Jepang (BoJ) berbuat lebih banyak untuk mendukung mata uang yang babak belur setelah intervensi pembelian yen pertama sejak 1998 pada 22 September.

"Saya pikir ada harapan bahwa mereka (BoJ) dapat melakukan intervensi, namun pihak berwenang tampaknya lebih peduli dengan kecepatan setiap langkah daripada tingkat di mana kita berdagang," kata Brown.

Dolar Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko naik sekitar 0,63 persen menjadi 0,5671 dolar AS, mendapat dukungan dari data inflasi konsumen yang lebih panas dari perkiraan yang memperkuat taruhan untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Bitcoin turun 1,9 persen pada 19.165 dolar AS, mendekati level yang telah diperdagangkan selama empat minggu terakhir.

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
COPYRIGHT © ANTARA 2022