Hulu Sungai Tengah, Kalsel (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan, menyosialisasikan Program Kampung Iklim (Proklim) sebagai upaya menghadapi perubahan iklim.

Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan (DLHP) Hulu Sungai Tengah H Mursidi di Barabai, Jumat, mengatakan kegiatan ini untuk memberikan pemahaman dan kesadaran bahwa perubahan iklim adalah suatu fenomena nyata yang dihadapi oleh penduduk dunia.

"Sehingga diperlukan aksi nyata untuk meningkatkan ketahanan masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim," katanya.

Kegiatan yang menghadirkan narasumber dari Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Kalimantan Selatan dan Dinas Lingkungan Hidup Kalsel tersebut diikuti sebanyak 80 peserta yang merupakan pimpinan satuan kerja perangkat daerah di daerah tersebut.

Sebelumnya, peneliti dari University Of Leeds Inggris Desy Pirmasari juga melakukan riset di Kota Banjarmasin, untuk mengetahui dampak perubahan iklim terhadap kehidupan kelompok masyarakat di kota ini.

Peneliti Desy Pirmasari menyebutkan penelitian dilakukan di dua negara, yakni Uganda dan Indonesia.

Di Indonesia sendiri pilihan penelitian adalah Kota Banjarmasin (Kalsel), Mataram (NTB),  Kota Solo dan Yogyakarta.

Baca juga: ProKlim butuh banyak keterlibatan masyarakat lokal turunkan emisi

Baca juga: KLHK-Unilak bentuk kampung iklim berbasis "pentahelix" di Siak


Kota Banjarmasin dipilih karena kondisi permukaan daratan kota ini yang berada di bawah permukaan laut. Selain itu berada di pulau terbesar di Indonesia.

Selain itu Banjarmasin terdampak isu tambang dan isu perkebunan sawit, serta pencemaran terhadap sungai, maka bagaimana pengaruh perubahan iklim terhadap isu isu tersebut.

Menurut Desy Pirmasari, lantaran adanya kedekatan secara personal, di mana ayahnya orang Banjarmasin dan ibunya orang Bakumpai, maka ia sekalian pulang kampung.

Sementara dipilihnya Kota Mataram NTB karena berada di pulau kecil yang disebutkan pulau pulau kecil konon akan lebih dulu tenggelam jika air permukaan laut terus meningkat, setelah perubahan iklim tersebut.

Kemudian jika berbicara Indonesia tak terlepas dari Pulau Jawa maka dipilihlah Kota Solo dan dan Kota Yogyakarya sebagai representasi dari Pulau Jawa, tambahnya.

Lokasi-lokasi yang dipilih dalam penelitian dinilai sesuai dengan misi penelitian maka di lokasi tersebut ia akan meminta penjelasan mengenai orang orang pinggiran di wilayah itu, atau orang orang yang sebenarnya tidak berdosa tapi terdampak perubahan iklim tersebut.

Ia menyebutkan pihaknya berada di Indonesia selama sembilan bulan, dan saat berada di Banjarmasin melakukan pertemuan dengan berbagai pihak dalam upaya mengumpulkan informasi dan data yang dibutuhkan.

Dalam riset ini ia bersama para peneliti yang lain dari University Of Leeds seperti dengan Dr Katie Mc Quaid.

Baca juga: 10 kelurahan di Kota Madiun siap berkompetisi di Proklim Nasional 2022

Baca juga: KLHK dorong semua pihak sukseskan pencapaian target 20.000 ProKlim

 

Pewarta: Imam Hanafi/taufikrahman
Editor: Agus Salim
COPYRIGHT © ANTARA 2022