PBB, New York (ANTARA News) - Pertemuan Dewan Keamanan (DK) PBB mengenai pertumpahan darah di Timur Tengah, Senin, menarik perhatian dunia pada nasib buruk rakyat Palestina, seraya mengutuk pemboman bunuh diri paling akhir di Israel. Pertemuan pembukaan tersebut diserukan oleh oleh Gerakan Non-Blok (GNB), kelompok negara Arab di PBB dan Organisasi Koferensi Islam (OKI) setelah Washington, Kamis lalu, menghalangi pernyataan DK yang mengecam Israel dengan alasan itu "tak adil", yang mestinya mendesak Israel menahan diri dari "penggunaan kekuatan terus-menerus" terhadap rakyat Palestina. Lebih dari 30 utusan negara berbicara pada pertemuan tersebut. Teks yang ditaja Qatar itu mestinya telah menyeru Israel "agar menahan diri dari penggunaan kekerasan" dan kepada Pemerintah Otonomi Palestina agar "mengambil sikap terbuka yang jelas terhadap aksi kekerasan". Teksi tersebut merupakan reaksi atas pemboman gencar Israel di Jalur Gaza dalam beberapa hari belakangan dengan tujuan "mengakhiri serangan roket oleh kelompok pejuang Palestina". Pertemuan Senin menyediakan forum bagi negara GNB dan Islam agar menyampaikan dukungan kuat kepada rakyat Palestina dan desakan bagi diakhirinya pendudukan Israel atas wilayah Palestina. Tetapi utusan Israel Dan Gillerman memanfaatkan pemboman bunuh diri Senin, yang menewaskan 10 orang termasuk pelaku pemboman di Tel Aviv, untuk mendesak DK agar "melakukan tindakan cepat guna berusaha dan mencegah teks itu, yang sudah diproses". Utusan Palestina Ryad Mansour menyatakan Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengutuk keras pemboman Tel Aviv sebagai memhahayakan kepentingan nasional rakyat Palestina. "Kami menyampaikan kembali pengutukan kami atas hilangnya nyawa warga sipil yang tak berdosa dari kedua pihak, Palestina dan Israel," katanya. Abbas juga mendesak DK agar "bertindak tegas guna menghentikan agresi paling akhir dan peningkatan serangan militer" oleh Israel terhadap rakyatnya. Duta Besar AS John Bolton memperingatkan, "Pertahanan atau penajaan aksi teror oleh pejabat kabinet Palestina akan memiliki dampak paling besar pada hubungan antara Pemerintah Otonomi dan semua negara yang mengupayakan perdamaian di Timur Tengah". Ia juga menyampaikan penyesalan "atas hilangnya nyawa orang tak berdosa, termasuk di Jalur Gaza". Ketika berbicara atas nama Uni Eropa, Duta Besar Austria Gerhard Pfanzelter mengatakan Uni Eropa "dengan tegas dan tanpa peduli mengutuk pemboman bunuh diri hari ini di restoran di Tel Aviv". "Uni Eropa mengutuk semua aksi teror dan kekerasan. Organisasi itu menyampaikan keprihatinan besar mengenai aksi kekerasan baru-baru ini di Tepi Barat dan Jalur Gaza, terutama serangan roket terhadap Israel dari Jalur Gaza dan peningkatan operasi militer Israel," katanya. Ia mendesak kedua pihak "agar melakukan penahanan diri maksimal". Ketika berbicara atas nama GNB, perhimpunan lebih dari 100 negara yang umumnya negara berkembang, Duta Besar Malaysia Hamidon Ali mengecam Israel karena aksinya "dengan tanpa beban" membunuh orang Palestina, termasuk pembunuhan tanpa proses pengadilan, penggunaan kekerasan secara terus-menerus dan pengepungan serta penghukuman kolektif yang dijatuhkan atas orang Palestina. "Tragedi Palestina, termasuk pendudukan sebagian tempat paling suci umat Muslim di Jerusalem Timur, berada di pusat kekacauan di Timur Tengah; itu juga merupakan akar utama penghinaan dan kemarahan di dunia Arab dan Islam, kemarahan yang melahirkan kekerasan dan seringkali menyulut aksi teror," AFP melaporkan, mengutip utusan Pakistan, Munir Akram. Iran, yang menghadapi tekanan dunia agar membekukan kegiatan kontroversial pengayaan uraniumnya, menyalahkan DK --yang memiliki 15 anggota-- karena kegagalannya "untuk melakukan tindakan serius dan nyata ... guna menerapkan keputusan terbatas dan sederhananya mengenai masalah Palestina akibat dukungan tanpa syarat kepada Israel" oleh Amerika Serikat. "Penentangan baru-baru ini oleh anggota permanen yang sama (Amerika Serikat) bagi pengesahan dua pernyataan presidensial megenai masalah Palestina, sekitar dua pekan terakhir, tak dapat menjadi tapi dipandang sebagai dukungan nyata bagi penjahar perang dan tindakan melanggar hukum yang terus dilakukan oleh Israel," kata utusan Iran, Javad Zarif. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006