Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menilai penguatan rupiah tidak akan merugikan eksportir selama penguatan tersebut berlangsung secara stabil. "Saya lihat sampai saat ini belum ada keluhan dari para eksportir karena rupiah yang stabil dan menguat seperti itu tidak akan selalu merugikan eksportir," kata Deputi Gubernur BI Aslim Tadjudin di Depkeu, Selasa. Dia menjelaskan, eksportir juga sebenarnya menikmati penguatan rupiah karena sebagian bahan baku mereka merupakan barang impor. "Jadi biaya produksi juga akan turun," katanya. Untuk meningkatkan ekspor, yang penting adalah memperbaiki efisiensi serta kualitas barang yang dijual. "Nilai sementara yang disebabkan oleh penguatan kurs tidak terlalu signifikan untuk meningkatkan ekspor. Yang penting rupiah yang stabil dan menguat bagus untuk ekonomi secara keseluruhan," katanya. Lebih lanjut, Aslim mengatakan BI akan terus menjaga agar fluktuasi rupiah jangan terlalu tajam. "BI akan menjaga agar rupiah tidak terlalu volatile, saya selalu katakan yang paling penting adalah kestabilan rupiah itu," katanya. Sementara itu, saat ditanya tentang asumsi nilai tukar rupiah dalam rencana kerja pemerintah 2007 sebesar Rp9.700 per dolar AS, ia mengatakan hal tersebut sudah ada perhitungannya, tetapi ia menegaskan BI selalu optimis bahwa rupiah pada tahun 2007 akan lebih bagus dari nilai saat ini. Ia menambahkan, tidak akan mematok tingkat nilai tukar rupiah karena BI menganut sistem nilai tukar mengambang atau "floating exchange rate", sehingga yang menentukan rupiah adalah pasar. "Saya melihat, target pertumbuhan ekonomi 2007 sebesar 6,4 persen seharusnya akan dapat tercapai jika kondisi yang menguntungkan tercipta yaitu proyek-proyek infrastruktur, perbaikan iklim investasi dan stabilitas sudah mulai terjaga," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006