Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menyatakan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menjadi kunci penting dalam pencegahan dan penanganan stunting atau kekerdilan.

"Kemenko PMK terus mengingatkan pentingnya PHBS dalam berbagai aspek, termasuk mencegah stunting dan berbagai masalah kesehatan lainnya," kata Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK Agus Suprapto dihubungi di Jakarta, Selasa.

Agus menjelaskan pemenuhan asupan bergizi seimbang, sanitasi yang memadai dan menjaga lingkungan agar tetap bersih merupakan upaya penting dalam mencegah stunting.

"Untuk mempercepat penurunan stunting maka pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat harus dilakukan," katanya.

Baca juga: Program RCCE dukung penanganan stunting dan PHBS di Jember

Baca juga: Kominfo: Berprilaku PHBS cegah stunting sejak dini


Dia mengatakan pemenuhan gizi dan juga kondisi lingkungan yang baik akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

"Bahkan asupan gizi seimbang dan menjaga lingkungan agar senantiasa bersih juga diperlukan bagi ibu hamil, sehingga dapat melahirkan anak yang sehat dan tidak stunting," katanya.

Agus menambahkan, perilaku hidup bersih dan sehat di dalam keluarga memiliki peran penting dalam mendukung program percepatan penurunan stunting di tanah air.

"Dapat dikatakan tanggung jawab keluarga dalam mencegah stunting itu sangat krusial, misalkan dengan memberi asupan bergizi pada ibu hamil dan anak-anak, serta memastikan tidak ada anggota keluarga yang merokok terutama jika ada ibu hamil atau anak-anak," katanya.

Sementara itu, Agus mengatakan bahwa edukasi yang optimal terkait upaya pencegahan stunting akan berperan strategis dalam mempercepat penurunan prevalensi stunting.

"Edukasi mengenai upaya mencegah stunting harus terus menggema ke seluruh lapisan masyarakat," katanya.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan prevalensi kekerdilan atau stunting harus turun sebesar tiga persen per tahun hingga menjadi 14 persen pada 2024.

Muhadjir menjelaskan bahwa berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) Tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita.*

Baca juga: Kominfo dorong peran aktif komunitas terapkan PHBS pencegahan stunting

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
COPYRIGHT © ANTARA 2022