Jakarta (ANTARA) - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menyiapkan empat strategi untuk mitigasi risiko dari tantangan ekonomi global seperti kenaikan inflasi, pengetatan suku bunga acuan bank sentral di berbagai negara, dan perang Rusia dengan Ukraina yang memicu krisis pangan dan energi.

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Sunarso mengatakan strategi itu mencakup apabila ekonomi pulih diiringi peningkatan inflasi dan penurunan kualitas kredit, BRI akan mempercepat proses write-offs agar cost recovery meningkat dan coverage ratio yang besar bisa dipertahankan.

"Oleh karenanya BRI menyediakan coverage ratio terhadap NPL yang mencapai 266 persen, angka tersebut lebih dari cukup, maka jika terjadi pemburukan situasi, maka BRI aman, dan nasabah juga aman. Kemudian tumbuh secara selektif, dengan pemantauan kualitas pinjaman yang intensif," katanya dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu.

Sedangkan, apabila kondisi ekonomi pulih dibarengi inflasi terkendali dan kredit membaik, BRI antara lain akan meningkatkan daya saing produk dan mengendurkan Loan Portofolio Guideline (LPG) sehingga kredit dapat dipacu agar tumbuh lebih cepat.

Namun, jika kondisi ekonomi stagnan, tapi inflasi tetap terkendali dan kualitas kredit membaik, BRI akan sedikit melonggarkan Loan Portofolio Guideline (LPG), mempertahankan coverage ratio yang tinggi, dan melakukan simulasi stress-test untuk memastikan bisnis BRI aman.

Baca juga: BRI akselerasi implementasi ESG lewat tanam pohon oleh nasabah

Sementara itu, apabila ekonomi tetap stagnan dengan inflasi yang naik serta kualitas pinjaman memburuk, BRI masih akan tumbuh, tetapi hanya secara terbatas.

"Pengaturan Loan Portofolio Guideline (LPG) diperketat, coverage ratio dipertahankan tinggi. Itulah kira-kira empat matriks kemungkinan kondisi ekonomi yang mungkin terjadi ke depan,” jelasnya.

BRI optimistis dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dengan fokus kepada UMKM yang sekaligus dapat menciptakan lapangan kerja. BRI juga akan fokus pada tiga strategi yang menjadi syarat utama pertumbuhan.

"Maka, untuk tumbuh syaratnya ada tiga. Pertama, sumber pertumbuhannya jelas dan dipersiapkan untuk saat ini dan jangka panjang," ujar Sunarso.

Sebagai sumber pertumbuhan baru, BRI sudah masuk ke segmen ultra mikro melalui Holding Ultra Mikro yang resmi terbentuk sejak September 2021 bersama PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) atas inisiasi Kementerian BUMN.​​​​​​​

BRI juga akan menjaga kecukupan modal dimana saat ini rasio kecukupan modal (CAR) yang dimiliki BRI mencapai 25 persen atau cukup untuk pertumbuhan selama empat tahun ke depan tanpa membuat laba dijadikan modal.

"Likuiditas juga akan dijaga melimpah, dimana saat ini rasio LDR nasional masih berada di level 82 persen," katanya.

Baca juga: BRI: Holding Ultra Mikro targetkan pelaku usaha bebas dari rentenir

Baca juga: Profesor Harvard apresiasi peran BRI tingkatkan inklusi keuangan


Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Satyagraha
COPYRIGHT © ANTARA 2022