Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia Lynn B Pascoe mendatangi kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta, Rabu, guna menemui KH Hasyim Muzadi, ketua umum organisasi Islam terbesar di tanah air tersebut. Sesampai di PBNU Pascoe melakukan pertemuan tertutup dengan Hasyim yang didampingi Ketua PBNU Bidang Luar Negeri HM Rozy Munir. Sebelumnya pada 13-17 April lalu Hasyim sempat berkunjung ke Iran dan bertemu Presiden Mahmoud Ahmadinnejad. Pertemuan diduga terkait pernyataan Hasyim soal nuklir Iran. Usai pertemuan, Hasyim menjelaskan bahwa Pascoe bertanya padanya soal maraknya gerakan Islam di Indonesia. Namun, kata Hasyim, pada kesempatan itu ia juga menjelaskan pada Pascoe soal kunjungannya ke Iran termasuk pernyataannya mendukung program nuklir Iran sepanjang digunakan untuk tujuan damai. "Dia (Pascoe-red) hanya manggut-manggut," kata Hasyim ketika ditanya wartawan reaksi Pascoe. Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Al Hikam, Malang, Jawa Timur itu menjelaskan bahwa kedatangannya ke Iran atas undangan salah satu universitas di negara itu, bukan undangan pemerintah setempat, meski dirinya berkesempatan bertemu Mahmoud. Hasyim menambahkan, saat bertemu Mahmoud dirinya telah bertanya langsung soal rencana Iran membuat senjata nuklir, sebagaimana kekhawatiran AS dan sekutunya. "Dia (Mahmoud-red) bilang tidak ada. Dia hanya bilang untuk apa saya buat senjata yang tidak saya pakai," kata Hasyim menirukan ucapan Presiden Iran tersebut. PBNU sendiri berpendapat, sepanjang pengembangan program nuklir tidak dimaksudkan untuk tujuan destruktif atau untuk persenjataan maka menjadi hak setiap negara untuk mengembangkannya. Karena itu PBNU menolak campur tangan negara manapun terhadap Iran. AS, kata Hasyim, seharusnya menghilangkan ketidakpercayaannya terhadap Iran. Sementara itu, Pascoe usai pertemuan mengaku dirinya bertemu dengan Hasyim untuk membicarakan perkembangan Indonesia terkini dan mempererat hubungan PBNU dengan pemerintah AS. "Kita membahas banyak isu," kata Pascoe yang menolak menjawab pertanyaan wartawan soal nuklir Iran.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006