Filipina (ANTARA) - Juru Bicara Dewan Penanganan dan Pengurangan Risiko Bencana Nasional Filipina Rafaelito Alejandro mengatakan korban jiwa paling banyak dilaporkan di Provinsi Maguindanao, Filipina selatan, dengan 67 orang. Dia menambahkan bahwa setidaknya 14 orang masih dinyatakan hilang.

Provinsi Maguindanao terletak di Daerah Otonom Bangsamoro di Mindanao Muslim (Bangsamoro Autonomous Region in Muslim Mindanao/BARMM).

Naguib Sinarimbo, yang menjabat menteri pemerintahan daerah untuk daerah tersebut, mengatakan sembilan kota di Maguindanao mengalami banjir parah, dan sebagian besar area di Kota Cotabato di BARMM terendam banjir untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir.

BARMM "menaikkan level kesiagaan ke level merah" sejak Jumat (28/10).

Menurut sejumlah laporan media setempat, sebuah desa di Datu Odin Sinsuat terkubur tanah longsor, mengakibatkan sedikitnya 50 orang meninggal dunia.

Nalgae merupakan siklon ke-16 yang menghantam Filipina tahun ini. Badai tersebut menerjang Catanduanes, sebuah provinsi berbentuk pulau di daerah Bicol, sebelum Sabtu waktu fajar.

Badan Layanan Atmosfer, Geofisika, dan Astronomi Filipina menyampaikan bahwa Nalgae mencatatkan kecepatan angin maksimum hingga 95 km per jam, dengan embusan angin kencang mencapai 160 km per jam pada Sabtu itu.

Biro pengawas cuaca nasional Filipina itu mengatakan Nalgae bergerak ke arah barat dan barat laut dengan kecepatan 30 km per jam dan diperkirakan akan semakin kuat saat mencapai daratan.

Nalgae diprediksi akan melintasi Metro Manila dan area-area sekitarnya pada Sabtu menjelang sore hingga Minggu (30/10) pagi waktu setempat.

Biro tersebut memperingatkan soal potensi terjadinya banjir dan tanah longsor yang disebabkan hujan, khususnya di area-area yang sangat rentan terhadap bencana dan di daerah-daerah yang memang memiliki curah hujan signifikan.

Filipina merupakan salah satu negara di dunia yang paling rawan bencana, terutama karena lokasinya yang berada di Cincin Api Pasifik dan sabuk topan Pasifik. Negara kepulauan tersebut rata-rata mengalami 20 topan setiap tahun, dengan beberapa di antaranya cukup dahsyat dan merusak.

Pada April lalu, badai tropis Megi menyebabkan hujan di sejumlah wilayah bagian tengah dan selatan Filipina, hingga merendam banyak wilayah dan menyebabkan tanah longsor, yang menelan korban jiwa lebih dari 220 orang.

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Zita Meirina
COPYRIGHT © ANTARA 2022