Jakarta (ANTARA News) - Mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur)menilai penyambutan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Nagroe Aceh Darussalam (NAD) terhadap sejumlah petinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sangat ironis. "Ironis sekali bahwa orang-orang yang tidak punya paspor Indonesia melainkan dari luar negeri datang ke sini, dan kita memberi penyambutan seolah-olah mereka adalah pemimpin kita, pahlawan kita," kata Gus Dur di Jakarta, Kamis, menanggapi kedatangan sejumlah petinggi GAM di Provinsi NAD pada Rabu (18/4). Menurut Gus Dur, seharusnya penyambutan yang diberikan terhadap mereka adalah "yang wajar, dan biasa-biasa saja." Hal senada dikemukakan pula oleh mantan Ketua MPR, Amien Rais, yang menilai bahwa perlakuan terhadap para petinggi GAM hendaknya tidak perlu berlebihan. "Asal jadi tamu yang baik dan tidak memberi komentar-komentar yang destruktif, serta tidak melanggar Undang-Undang kita, silakan saja," kata Guru Besar Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Hajah Mada (UGM) Yogyakarta itu. Tetapi, lanjutnya, apabila para petinggi GAM tersebut memberi komentar-komentar yang menjatuhkan kredibilitas pemerintah dan bangsa Indonesia, maka sudah selayaknya pemerintah mengambil sikap tegas. "Kalau mereka mulai cuap-cuap mengatakan, Indonesia begini, begitu, yang bisa menjatuhkan pamor Indonesia, maka tamu itu perlu dipersona non-gratakan," katanya. Sejumlah petinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang selama ini bermukim di Swedia, diantaranya Malik Mahmud yang mengaku sebagai Perdana Menteri (PM) dan Dr. Zaini Abdullah yang mengakui menjadi Menteri Kesehatan pada Rabu (18/4) tiba di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) disambut Shalawat Badar. Kedatangan petinggi GAM tersebut disambut Sekretaris Daerah Provinsi NAD, Husni Bahri TOB, mantan Wakil Gubernur NAD, Azwar Abubakar, dan para tokoh GAM di Aceh. Kepulangan Malik Mahmud dan petinggi GAM lainnya tersebut merupakan yang pertama kali setelah hampir 25 tahun lebih mereka berada di luar negeri. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006