Jakarta (ANTARA) - Pemenuhan gizi lewat makanan bernutrisi untuk anak-anak adalah modal untuk menciptakan sumber daya manusia berkualitas yang kelak berkontribusi kepada negara, kata Peneliti Ekonomi Kesehatan Mutia A. Sayekti, S.Gz, MHEcon dari Ikatan Ekonom Kesehatan Indonesia.

"Memperbaiki kondisi kesehatan individu adalah investasi masa depan," kata Mutia dalam webinar, Senin.

Ia menjelaskan ketika kesehatan individu terganggu, baik itu anak-anak maupun orang dewasa, maka produktivitas individu menjadi terhambat. Ini membuat pendapatan masyarakat menurun dan pada akhirnya membuat perekonomian menjadi lesu.

Baca juga: Dokter gizi: 1 dari 5 pasien kanker meninggal akibat malnutrisi

Pada anak-anak, khususnya, ketika makanan yang diberikan kepada mereka tidak memenuhi gizi yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, maka mereka tidak bisa berpikir secara maksimal.

"Jangka panjangnya ada risiko tidak bisa bersaing, tidak bisa mendapat pekerjaan yang baik atau berkarya secara maksimal," jelas dia.

Dia menjelaskan masalah gizi bukan cuma soal lapar dan kenyang, tetapi fokus yang penting untuk pemerintah maupun para pengambil kebijakan agar malnutrisi bisa diatasi.

Ia menjelaskan ketahanan pangan bisa terwujud ketika semua orang punya akses terhadap makanan yang cukup, aman, bergizi dan sesuai kebutuhan diet untuk mencapai hidup sehat dan produktif.

Indonesia yang sehat dimulai dari pemenuhan gizi keluarga yang maksimal, yakni menerapkan konsep gizi seimbang. Sesuai dengan anjuran Isi Piringku, konsumsi makanan yang disarankan adalah sepertiga makanan pokok, sepertiga lauk pauk dan buah-buahan serta sepertiga sayuran.

Dalam skala rumah tangga, menerapkan konsep gizi seimbang bisa diterapkan dengan berkomitmen hidup sehat, membuat anggaran khusus belanja bahan makanan, merencanakan menu per-minggu dengan konsep Isi Piringku, mempertimbangkan konsumsi makan keluarga di luar rumah dan meningkatkan literasi keluarga terhadap kebutuhan nutrisi.

Baca juga: KSP: Perlu penguatan pengawasan gizi dalam penanganan stunting

Baca juga: UNICEF: Perkuat pendidikan kesehatan dan gizi di sekolah

Baca juga: Tangkis dampak buruk polusi dengan makanan tinggi antioksidan

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
COPYRIGHT © ANTARA 2022