Jakarta (ANTARA News) - Guna mengantisipasi kemungkinan meletusnya Gunung Merapi yang terletak di perbatan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Palang Merah Indonesia (PMI) menyiapkan bantuan tanggap darurat bencana untuk 20 ribu pengungsi. "Kita sudah menyiapkan bantuan dengan kapasitas tampung 20 ribu pengungsi," kata Ketua Umum PMI Mar`ie Muhammad di Jakarta, Kamis. Ia mengatakan saat ini sekitar 400 relawan PMI yang sudah diturunkan ke lokasi rawan bencana di Sleman, Magelang, Boyolali dan Klaten telah membuat tenda-tenda penampungan sementara dan tenda penampungan aman di tempat yang diperkirakan tidak terkena dampak bila Gunung Merapi meletus. Menurut dia PMI juga telah meyiapkan enam dapur umum dan berencana membangun 14 dapur umum di Sleman, Boyolali, Magelang dan Klaten. "Kalau kurang saya sudah minta gudang-gudang PMI di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur untuk `stand by` supaya barang bisa dikirimkan dengan cepat bila dibutuhkan," ujarnya. PMI, kata dia, juga menyiapkan 10 ribu paket makanan siap konsumsi (packed food) yang bisa dimanfaatkan oleh pengungsi sebelum dapur umum dioperasikan. Hingga saat ini PMI telah mengirimkan satu unit truk terbuka, satu unit Ford Ranger, delapan unit tenda pleton, 20 ribu masker standar, 400 masker wajah, 500 `attack` masker, sembilan kwintal beras, 50 kardus mie instan, 5.000 paket perlengkapan keluarga (family kit), obat-obatan dan tiga unit tandu ke gudang PMI di lokasi rawan bencana untuk kesiapan tanggap darurat. "Semuanya sudah dikirim ke gudang PMI di Sleman dan Magelang yang disiagakan untuk menangani kemungkinan terjadinya bencana," katanya. Dua unit tangki pengangkut air, perlengkapan penyediaan air dan sanitasi serta dua mobil klinik keliling (mobile clinic) yang dilengkapi dengan obat dan alat untuk memberikan pertolongan pertama juga sudah dikirimkan ke lokasi rawan bencana. "Dan cabang PMI di Jawa Timur, Jawa Barat dan DKI Jakarta siap setiap saat memobilisasi bantuan dan sumber daya manusia bila tambahan bantuan diperlukan," katanya. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa PMI telah membangun posko 24 jam untuk memantau kondisi di lapangan dan menyosialisasikan informasi mengenai langkah-langkah yang perlu diambil dalam kondisi tanggap darurat bencana kepada masyarakat setempat. Pada Rabu (19/4) tercatat telah terjadi dua kali gempa tektonik, emisi SO2 terukur sebanyak 170 ton/hari, delapan kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 113 kali gempa multifase serta 13 kali guguran lava. Laporan harian kegiatan Gunung Merapi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), Kamis, juga menyebutkan bahwa meski tekanannya masih lemah namun ketinggian asap solfatara telah mencapai 400 meter, meningkat dari kondisi 17 April yang baru mencapai ketinggian 75 meter.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006