Shenzhen (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai kunjungan mantan petinggi GAM ke Indonesia merupakan hal yang positif sebagai upaya mempertemukan pendapatan yang berbeda-beda. "Saya yang mengundang mereka (datang ke Indonesia)," kata Jusuf Kalla di Shenzhen, China di sela kunjungan kenegaraannya di negara tersebut, Kamis. Menurut Wapres, dalam pertemuan di Helsinki tahun lalu, dirinya sebenarnya mengundang para mantan petinggi GAM tersebut datang ke Indonesia pada Maret lalu. Namun, karena belum selesainya pembahasan Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Aceh, kedatangan mantan petinggi GAM baru terlaksana kali ini. Mengenai keinginan GAM memasukan sejumlah hal ke dalam RUU PA, Wapres mengatakan, sikap pemerintah adalah mengakomodasikan MoU Helsinki ke dalam UU. "Semua yang ada seperi soal partai lokal kita akomodasikan," katanya. Ia menambahkan, kewajiban pemerintah adalah berjalannya pembahasan UU itu secara demokratis termasuk melalui DPR. "Jadi, kalau ada pembicaraan yang hangat atau cenderung keras di DPR maka itu merupakan proses demokrasi," ujarnya. Sementara itu sebelumnya, mantan Presiden Abdurrahman Wahid menilai penyambutan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Nagroe Aceh Darussalam terhadap sejumlah mantan petinggi GAM itu sangat ironis. "Ironis sekali, bahwa orang-orang yang tidak punya paspor Indonesia melainkan (paspor) dari luar negeri datang ke sini dan kita memberi penyambutan seolah-olah mereka adalah pemimpin kita, pahlawan kita," kata Gus Dur, panggilan akrab Abdurrahman Wahid. Menurut Gus Dur, seharusnya penyambutan yang diberikan terhadap mereka adalah "yang wajar dan biasa-biasa saja."(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006