Jakarta (ANTARA News) -Menteri Luar Negeri, Nur Hassan Wirajuda mengaku, telah mendengar kabar tentang adaya kapal yang tenggelam di perairan Papua, namun belum dapat memastikan apakah penumpangnya bermotif politis atau komersial. "Kita belum memastikan apakah kapal yang ditumpangi 20 orang warga Papua itu bermuatan politik atau komersial," katanya kepada wartawan sebelum menerima utusan resmi Pemerintah Australia di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan, kapal tersebut tenggelam dalam pelayarannya menuju Papua Nugini (PNG), Kamis malam (20/4). "Tiga orang dilaporkan selamat dan sedang dirawat di rumah sakit," katanya. Ia pun mengemukakan, jika memang ada orang Papua yang lari ke PNG, maka biasanya mereka adalah orang-orang bermasalah di Provinsi Papua. "Akan lebih mudah kalau mereka menuju PNG lewat jalur darat. Jadi, hingga saat ini kami belum bisa memastikan apa motif ke-20 orang tersebut," katanya. Untuk itu, ia mengimbau kepada pers, agar tidak terburu-buru menyimpulkan peristiwa itu. Menlu pada Jumat siang dijadwalkan menerima utusan resmi Pemerintah Australia terkait dengan revisi kebijakan imigrasi Australia. Namun, Menlu menolak menanggapi lebih jauh tentang pertemuan yang akan dilangsungkan itu. Hubungan Australia dan Indonesia kembali memburuk pasca-krisis Timor Timur tahun 1999, karena Pemerintah Federal melalui Departemen Imigrasi Australia (DIMIA) memberikan visa menetap sementara kepada 42 dari 43 pencari suaka politik dari Provinsi Papua yang tiba di Negeri Kangguru itu pada Januari 2006. Pencari suaka yang kini menetap di Melbourne itu menyeberang ke Australia menggunakan perahu dari Papua. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006