Palu (ANTARA News) - Sejumlah tokoh muslim asal Kabupaten Poso di Sulawesi Tengah mendesak pimpinan Polri untuk menarik semua personil Detasemen Khusus (Densus) Antiteror-88 Mabes Polri dari daerah mereka, karena alasan kerja pasukan khusus tersebut di bekas daerah konflik itu sudah over acting. "Banyak warga yang ditangkap Densus 88 sudah mengabaikan aturan hukum," kata Ketua Forum Silaturahmi Umat Islam Poso (FSUIP) KH Adnan Arsal di sela acara dialog antara perwakilan para korban kerusuhan Poso dengan Kapolda Sulteng Brigjen Pol Oegroseno dan Kajati Sulteng Yahya Sibe di Palu, Jumat. Beberapa contoh kasus penangkapan warga sipil yang dilakukan Densus 88 di wilayah Poso yang dinilai tidak profesional, menurut Arsal, antara lain yang menimpa korban Iwan Asapa. "Dia pernah dianiaya oknum petugas saat dilakukan penangkapan, tapi belakangan setelah menjalani pemeriksaan yang bersangkutan tidak terbukti terlibat dalam kasus terorisme seperti dituduhkan," tuturnya tanpa merinci waktu dan tempat kejadian serta derita yang dialami korban. Menanggapi permintaan itu, Kapolda Oegroseno mengatakan, pihaknya selaku penanggungjawab keamanan di Sulteng akan mengevaluasi kinerja aparat keamanan non-organik yang ditugaskan di bekas daerah konflik Poso. "Saya akan perhatian laporan saudara karena menjadi masukan berharga bagi kepolisian," demikian Kapolda.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006