Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia tidak akan menahan penguatan rupiah di level tertentu dan menyerahkan arahnya pada mekanisme pasar dengan menjaganya agar tidak berfluktuasi terlalu tajam. "BI akan tetap menjaga stabilitas nilai tukar rupiah agar tidak berfluktuasi terlalu tajam. Untuk level, kita serahkan kepada mekanisme pasar sesuai dengan sistim nilai tukar `floating` yang kita terapkan sejak 14 Agustus 1997," kata Deputi Gubernur BI Aslim Tadjudin ketika dihubungi ANTARA News di Jakarta, Jumat. Ketika ditanya, apakah penguatan rupiah hingga mencapai Rp8.875 per dolar AS terlalu cepat sehingga mengganggu ekspor, Aslim menilai bagaimanapun rupiah yang menguat akan menguntungkan perekonomian. "Rupiah yang stabil dan menguat akan memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional," katanya. Sementara itu, ekonom dari Bank Mandiri Martin Panggabean, memperkirakan rupiah akan mengalami penguatan hingga akhir tahun 2006, bahkan bisa mencapai kisaran Rp8.500 per dolar AS. Martin memperkirakan hal itu terkait, siklus yang pernah terjadi pada kuartal empat 1998 hingga kuartal keempat 2000 dimana terjadi penguatan rupiah yang cukup signifikan, namun kemudian diikuti oleh pelemahan pada kuartal selanjutnya. "Siklus penguatan dan pelemahan berlangsung cukup panjang sekitar 5-6-7 kuartal. Jadi kalau penguatan rupiah dimulai pada kuartal keempat 2005 maka diharapkan pada akhir kuartal empat penguatan masih akan terus terjadi," katanya. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Jumat sore, naik tipis satu poin menjadi Rp8.880/Rp8.885 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp8.881/Rp8.910 per dolar, karena spekulasi beli rupiah agak mengendor.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006