Bogota, Kolombia (ANTARA News) - Sedikit-dikitnya lima prajurit dan empat agen keamanan Pemerintah Kolombia tewas dalam serangan gerilyawan kiri di timur laut negeri itu, Jumat, sementara bentrokan meningkat menjelang pemilihan umum presiden pada Mei 2006. Militer menuduh serangan itu, yang terjadi di provinsi pegunungan Norte de Santander dekat perbatasan Venezuela, dilakukan oleh gerilyawan kiri yang berperang melawan pemerintah selama empat dasawarsa ini. "Ada serangan yang menggunakan peledak yang menewaskan lima prajurit dan empat agen DAS (Keamanan Pemerintah). Mungkin ada korban-korban tewas lain. Sejumlah orang kami masih hilang," kata pemimpin angkatan darat, Mario Montoya, kepada wartawan. Puluhan gerilyawan tewas dalam bentrokan-bentrokan belakangan ini, termasuk 22 orang yang ditembak mati oleh militer pekan lalu saja di provinsi berhutan kawasan selatan Caqueta. Kekerasan meningkat menjelang pemilihan presiden pada 28 Mei, yang diperkirakan akan dimenangi oleh Presiden Alvaro Uribe, yang terkenal karena menurunkan tingkat kejahatan sebagai bagian dari penumpasan militer terhadap pemberontak. Sejumlah analis keamanan mengatakan, kelompok pemberontak Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) yang berkekuatan 17.000 orang akan meningkatkan serangan untuk mendiskreditkan program keamanan Uribe dan menakut-nakuti orang agar tidak memberikan suara dalam pemilihan itu untuk merongrong keabsahan pemilu tersebut. Kelompok hak asasi manusia Human Rights Watch mengecam FARC karena membantai puluhan orang sipil, termasuk anak-anak, dalam upaya mengintimidasi masyarakat menjelang pemilihan legislatif pada Maret. FARC, yang mendanai diri melalui penyelundupan kokain, menyatakan, mereka berperang demi sosialisme di sebuah negara yang memiliki kesenjangan yang dalam antara kaum kaya dan miskin. Namun, bahkan para politikus kiri utama menyatakan, kelompok tersebut telah kehilangan dukungan rakyat. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006