Denpasar (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar melalui Kabag Humas dan Protokol Pemerintah Kota Denpasar I Dewa Gede Rai mengatakan bahwa Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung akan ditutup selama puncak KTT G20 yaitu 15-16 November 2022.

"Saat puncak G20 15-16 November, TPA Suwung sementara dua hari itu ditutup. Untuk sampah-sampah yang dihasilkan masyarakat itu dimaksimalkan untuk ditangani TPS3R yang ada di masing-masing desa/kelurahan," kata dia di Denpasar, Minggu.

Penutupan sementara TPA Suwung selama KTT G20 disebut Dewa Rai telah sesuai dengan arahan Menkomarves Luhut Binsar Pandjaitan dan Gubernur Bali Wayan Koster, di mana Pemkot Denpasar diharapkan untuk menciptakan kebersihan lingkungan, kenyamanan, serta kelancaran lalu lintas.

"Maksimalkan TPS3R yang ada seperti di kawasan Kreneng, yang terpenting kita imbau masyarakat sampahnya untuk tidak dikeluarkan dulu, sehingga tidak menimbulkan kesemrawutan atau kurang bagus pemandangannya," ujar Dewa Rai.

Baca juga: Luhut: TPA Suwung Bali berhenti tampung sampah mulai Januari 2023
Baca juga: DPD: Teknologi persampahan di Bali dapat diatasi lewat "tipping fee"


Selama dua hari itu pula maka tak ada aktivitas kendaraan pengangkut sampah menuju TPA Suwung, Dewa menyarankan agar masyarakat menahan pembuangan sampah apabila tidak begitu mendesak.

"Jadi ditahan dulu di rumah kalau tidak mendesak, setelah itu kita maksimalkan lagi pengangkutan, sambil nanti secara paralel dioperasikannya tiga TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) yaitu Kertalangu, Tahura, dan Padangsambian," kata dia.

Saat ini ketiga TPST tersebut sedang dalam tahap penyelesaian dan uji coba, dengan harapan nantinya ketika seluruhnya siap maka TPA Suwung akan ditutup sepenuhnya.

Selagi menunggu itu, pejabat Pemkot Denpasar ini menekankan agar masyarakat memanfaatkan TPS3R yang tersebar di 10 lokasi di Kota Denpasar, apalagi nanti saat berlangsung puncak KTT G20.

Baca juga: Pemkot Denpasar percepat pengolahan TPA Suwung jelang Presidensi G20
Baca juga: Pemkot Denpasar tetapkan pembangunan TPST di Tahura Suwung

Sementara itu, salah satu pemulung bernama Omar Brii (60) mengaku sempat mendengar informasi soal penutupan sementara TPA Suwung yang dirasa akan memberatkan dirinya.

"Bisa rugi karena tidak dapat mengumpulkan barang. Sehari paling tidak dapat empat karung bisa dapat bersih Rp70 ribu," kata dia kepada media di Denpasar

Pemulung yang mencari nafkah selama 13 tahun dari pagi ke sore di TPA Suwung itu mengaku sejauh ini tidak pernah ada penutupan di sana, terkecuali saat Hari Raya Nyepi.

Kata dia, apabila benar dilakukan penutupan selama dua hari maka sampah akan menumpuk di lokasi lain, sehingga itu menjadi jalan keluarnya, yaitu mencari nafkah di lokasi lain sementara.

Ketakutan serupa juga dirasakan Ketut Karti (39), pemilik warung di tengah TPA Suwung itu mengaku khawatir apabila lokasi pembuangan ditutup maka dirinya tidak akan mendapat penghasilan di hari itu.

"Tidak bisa buka warung rugi, mungkin nanti cari lokasi lain jualan karena tutup setengah hari saja berefek," ujar pedagang asal Nusa Penida, Kabupaten Klungkung tersebut.

Wanita yang berjualan selama tiga tahun di TPA Suwung itu selama ini mencari nafkah sepenuhnya dari berjualan makanan dan minuman bagi pemulung dan pencari nafkah di sekitar sana, dengan penghasilan harian sekitar Rp200 ribu.

Baca juga: RI negara pertama usung platform kolaboratif penanganan sampah plastik
Baca juga: ICEL apresiasi ada pembahasan sampah plastik di G20 Indonesia
Baca juga: Luhut tegaskan komitmen kuat RI tangani masalah sampah laut

 

 

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Budhi Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2022