Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun lebih dari satu dolar per barel di perdagangan Asia pada Senin sore, setelah pejabat kesehatan China pada akhir pekan lalu menegaskan kembali komitmen mereka terhadap pendekatan penahanan COVID yang ketat, menghancurkan harapan rebound permintaan minyak dari importir minyak mentah utama dunia.

Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 1,24 dolar AS atau 1,26 persen, menjadi diperdagangkan pada 97,33 dolar AS per barel pada pukul 07.31 GMT, setelah jatuh serendah 96,50 dolar AS pada pagi hari.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berada di 91,17 dolar AS per barel, merosot 1,44 dolar AS atau 1,55 persen setelah mencapai level terendah sesi di 90,40 dolar AS.

"Harga minyak turun tajam karena pejabat China berjanji untuk tetap berpegang pada kebijakan nol COVID sementara kasus yang terinfeksi naik di China, yang dapat menyebabkan lebih banyak tindakan pembatasan, menggelapkan prospek permintaan," kata analis CMC Markets Tina Teng.

Lonjakan dolar AS juga membebani harga minyak, tambahnya.

Empat pembuat kebijakan Federal Reserve pada Jumat (4/11/2022) mengindikasikan mereka masih akan mempertimbangkan kenaikan suku bunga yang lebih kecil pada pertemuan kebijakan berikutnya meskipun data pekerjaan kuat.

Brent dan WTI naik minggu lalu, masing-masing terangkat 2,9 persen dan 5,4 persen di tengah desas-desus tentang kemungkinan berakhirnya penguncian COVID-19 China yang ketat meskipun tidak ada perubahan yang diumumkan.

Namun, pada konferensi pers pada Sabtu (5/11/2022), pejabat kesehatan mengatakan mereka akan bertahan dengan pendekatan "pembersihan dinamis" mereka untuk kasus COVID segera setelah mereka muncul.

Sementara itu, ekspor dan impor China secara tak terduga berkontraksi pada Oktober, penurunan simultan pertama sejak Mei 2020, karena badai sempurna pembatasan COVID di dalam negeri dan risiko resesi global mengurangi permintaan dan semakin menggelapkan prospek ekonomi yang sedang kesulitan.

Meskipun impor minyak mentah China rebound ke level tertinggi sejak Mei, volume untuk 10 bulan pertama masih 2,7 persen di bawah periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 413,53 juta ton atau 9,93 juta barel per hari.

"Pasar masih menghadapi tanda-tanda melemahnya permintaan minyak dari harga yang sudah tinggi dan latar belakang ekonomi yang lemah di pasar negara-negara maju," kata analis ANZ dalam sebuah catatan, menambahkan bahwa permintaan di Eropa dan Amerika Serikat telah turun kembali ke level 2019.

"Kami sekarang memperkirakan permintaan global pada kuartal keempat 2022 tumbuh hanya 0,6 juta barel per hari dari kuartal yang sama tahun lalu dan menjadi moderat tahun depan."

Harga minyak telah didukung oleh ekspektasi pasokan yang lebih ketat karena embargo Uni Eropa terhadap ekspor minyak mentah lintas laut Rusia akan dimulai pada 5 Desember meskipun kilang-kilang di seluruh dunia meningkatkan produksi.

Pabrik penyulingan minyak AS pada kuartal ini akan menjalankan pabrik mereka pada tingkat yang sangat tinggi, mendekati atau di atas 90 persen dari kapasitas. Pengilangan swasta terbesar di China, Zhejiang Petroleum and Chemical Co (ZPC) meningkatkan produksi minyak diesel.

Kuwait Integrated Petroleum Industries Co (KIPIC) mengatakan pada Minggu (6/11/2022) fase pertama dari kilang Al-Zour telah memulai operasi komersial, menurut kantor berita negara tersebut.

Baca juga: Harga minyak naik sekitar 5 persen, karena dolar AS tergelincir

Baca juga: Harga minyak Asia naik, terkerek pelemahan dolar dan risiko pasokan

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2022