Mataram (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyiapkan skenario penanganan longsor di ruang publik warga Lingkungan Perigi, Kelurahan Dasan Agung, dengan menggunakan dana tanggap darurat.

"Untuk kebutuhan penanganan longsor akan kita usulkan melalui dana tanggap darurat. Untuk besarannya, setelah kita lakukan asesmen kebutuhan," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram Manfuddin Noor di Mataram, Senin.

Hal itu disampaikan terkait penanganan terhadap fasilitas ruang publik warga di Lingkungan Perigi, Dasan Agung, yang mengalami longsor akibat hujan deras disertai angin kencang pada Sabtu (5/11) sekitar pukul 16.00 Wita.

Akibat longsor itu, sekitar 15 meter tembok keliling pagar area publik roboh dan menimpa rumah warga tapi runtuhan belum sampai merusak rumah warga.

Baca juga: Polda NTB cek proyek revitalisasi kawasan Senggigi alami longsor
Baca juga: Pemkot Mataram usulkan perbaikan jalan rawan longsor di Dasan Sari

Karenanya, untuk menghindari dampak bencana yang lebih besar pihaknya sudah melakukan penanganan, dan saat ini koordinasi dengan satgas penanggulangan bencana terutama Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) terkait dengan teknis penanganan longsor tersebut.

"Karena yang rusak ini ruang publik, jadi kita akan koordinasikan dengan satgas penanggulangan bencana, agar tidak ada longsor susulan yang dapat menimpa rumah warga," katanya.

Dikatakan, dalam hal ini harus dilakukan langkah dan koordinasi cepat agar longsor tersebut bisa segera ditangani, untuk menghindari terjadinya bencana yang lebih besar.

Untuk itu, pagar pembatas areal publik atau biasa disebut warga setempat Taman "Bawak Tereng" (bawah bambu), akan dibangun kembali dengan berorientasi terhadap ketahanan bencana longsor.

"Kemarin (Minggu 6/11), saat dilakukan gotong royong, kami juga sudah mengingatkan pemilik rumah yang terdampak longsor agar tidak menempati kamar yang berhadapan langsung dengan ruang publik tersebut," katanya.

Selain itu, pihaknya juga memberikan edukasi kepada warga sekitar agar waspada bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, angin kencang dan angin puting beliung, dan gelombang pasang hingga Desember 2022.

"Guna mewaspadai bencana hindrometeorologi itu, Kota Mataram telah menetapkan status siaga darurat bencana hidrometeorologi hingga akhir tahun 2022," katanya.

Baca juga: Gempa Mataram dipicu aktivitas Sesar Naik Flores
Baca juga: Alih fungsi lahan diduga penyebab longsor di Lombok Utara

Sebelumnya, Masrun (75) pemilik rumah yang tertimpa longsoran pagar pembatas Taman Bawak Tereng itu berharap agar pemerintah segera melakukan perbaikan terhadap pagar taman tersebut.

"Kita khawatir, jika tidak dikerjakan segera maka akan ada longsor susulan dan bisa merobohkan rumah kami," katanya.

Masrun mengatakan, ketika tembok taman roboh sempat dikira gempa bumi karena suaranya yang besar, bersamaan dengan hujan deras dan petir.

Namun saat itu, mereka belum mengetahui kalau suara itu adalah tembok taman yang roboh. Mereka baru sadar ketika melihat aliran air yang mengalir di depan rumahnya berubah coklat.

"Heran dengan aliran air yang coklat, saya keluar dan melihat ke samping rumah, barulah tahu kalau tembok taman roboh," katanya.

Sejak saat itu, Masrun bersama istrinya Jawisah langsung memindah barang-barang yang ada di kamar bagian selatan ke utara untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

"Kami takut dan trauma kalau hujan terus menerus, longsoran bisa merobohkan tembok rumah dan otomatis rumah kami amblas," ujarnya.

Baca juga: BPBD NTB imbau warga waspada cuaca ekstrem

Pewarta: Nirkomala
Editor: Budhi Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2022