Banda Aceh, (ANTARA News) - Tingkat gangguan gajah liar (Elephans Maximus Sumatranus) di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) terus meningkat, menyusul amukan satwa berbadan besar itu dengan merusak meunasah (mushalla), rumah penduduk dan lahan pertanian di Kabupaten Aceh Utara. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Andi Basrul di Banda Aceh, Senin (24/4), menyatakan sudah mendapat laporan mengenai gangguan gajah liar di Aceh Utara dan pihaknya segera menurunkan tim ke lokasi untuk menghalau binatang tersebut. "Tim BKSDA akan menurunkan tim bersama gajah terlatih ke lokasi gangguan gajah liar," kata Andi Basrul. Gajah liar itu merusak rumah ibadah, rumah penduduk, gubuk (tempat peristirahatan petani) dan puluhan hektar tanaman kelapa sawit di tiga desa dalam wilayah kecamatan Simpang Keuramat, Kabupaten Aceh Utara. Andi Basrul mengatakan, gangguan gajah dalam sepekan terakhir tidak hanya di Aceh Utara melainkan juga terjadi di Kabupaten Aceh Besar, Aceh Selatan, Aceh Barat dan Aceh Jaya. "Gangguan gajah liar semakin meningkat dan terjadi di daerah-daerah yang relatif jauh dari kota, antara lain di Simpang Kramat, Desa Teladan (Aceh Besar), Trumon Timur (Aceh Selatan), Aceh Barat, Aceh Jaya, Tangse (Pidie)," tambahnya. Gangguan gajah itu mengakibatkan ratusan petani di daerah tersebut tidak dapat lagi memanen hasil kebunnya karena sawahnya dirusak binatang berbelalai panjang, kata Andi. "BKSDA akan mengerahkan beberapa ekor gajah jinak terlatih sebagai upaya antisipasi untuk mencegah masuknya gajah-gajah liar merusak tanaman dan pemukiman penduduk di daerah tersebut," ujar dia. Kendati demikian, Andi Basrul menyatakan pihaknya belum mendapat informasi tentang kerugian yang dialami para petani di daerah rawan gangguan gajah tersebut.(*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006