Jakarta (ANTARA) -
Epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono mengatakan pemberian antidot atau obat penawar femopizol cukup berpengaruh menekan kasus gangguan ginjal akut.
 
"Ternyata yang sudah mendapatkan antidot pada mereka yang mengonsumsi terjadi perbaikan, tidak terjadi kematian," ucapnya dalam pengarahan media oleh Tim Gabungan Pencari Fakta Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) di Jakarta, Rabu.
 
Selain itu, langkah menghentikan intervensi obat sirop di pasaran juga sudah mulai terlihat efeknya dan terbukti ada penurunan jumlah kasus gangguan ginjal akut misterius di Indonesia.
 
Dari usaha itu, kata Pandu, semakin memperkuat dugaan bahwa kasus ini disebabkan karena mengonsumsi obat sirop.

Baca juga: BPKN bentuk tim pencari fakta kasus gangguan ginjal akut
 
Akademisi yang juga tergabung dalam tim pencari fakta yang dibentuk Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) ini terus mencari penyebab dari hulu hingga hilir dengan memastikan obat yang sudah dilarang dan berbahaya tidak ada lagi atau tidak dikonsumsi masyarakat.
 
"Supaya tidak ada lagi korban karena kita tahu sebabnya apa, ini menurut saya urgensinya," ucap dia.
 
Ia menganjurkan semua pihak untuk tetap menunda penggunaan obat sediaan sirop sampai pemerintah memastikan obat yang dilarang di pasaran tidak mengandung etilon glikol dan dietilon glikol untuk mencegah jatuhnya korban lebih banyak bahkan sampai meninggal.
 
"Selama masih belum jelas saya menganjurkan semua pihak menunda dulu mengonsumsi sampai betul-betul dipastikan tidak ada obat yang mengandung etilon glikol," ucap Pandu.
 
Ia mengatakan penetapan status kejadian luar biasa (KLB) belum bisa dijadikan prioritas utama untuk penanganan kasus ini.
 
"Yang penting bukan status kejadian luar biasa, yang penting responsnya harus luar biasa," ucapnya.
 
Baca juga: BPOM cabut izin CPOB tiga perusahaan farmasi terkait cemaran EG/DEG
Baca juga: Kemenkes: Sejak kemarin tidak ada tambahan kasus gangguan ginjal akut

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: M. Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2022