Jakarta (ANTARA News) - Rupiah di pasar uang spot antar-bank Jakarta Senin ditutup pada 8.825/8.835 per dolar AS, menguat 55 poin dari posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu 8.880/8.900. "Pembelian rupiah terus meningkat sehingga mata uang lokal makin menguat hingga mendekati level 8.800 per dolar AS, setelah negara industri maju (G7) menyatakan Cina harus membiarkan Yuan terus menguat," kata Analis Valas Bank Mega, Adrian, di Jakarta, Senin. Menurut dia, pernyataan para menteri keuangan G7 itu untuk menyeimbangkan atas ketidakseimbangan perdagangan global selama ini. Akibatnya semua mata uang regional menguat termasuk rupiah terhadap dolar AS. G7 mengharapkan nilai tukar mata uang Asia menguat untuk dapat mengimbangi perdagangan global itu yag selama tidak berimbang. Euro terhadap yen merosot menjadi 142,90 dari sebelumnya 145,96, euro terhadap dolar menjadi 1,2350 setelah sebelumnya sempat mencapai 1,2380. Sementara itu, harga minyak saat ini kembali cenderung menurun. Harga minyak jenis light sweet AS turun 47 sen menjadi 74,75 dolar AS per barel dan minyak mentah brent melemah 34 sen menjadi 74,23 dolar AS per barel. Adrian mengatakan, rupiah sebenarnya sempat mencapai level Rp8.820 per dolar AS, namun sedikit berubah turun menjelang penutupan sore menjadi Rp8.825, karena aksi lepas dolar AS agak berkurang. Berkurangnya penjualan dolar AS karena menanggapi isu bank sentral AS akan segera menaikkan lagi tingkat suku bunganya menjadi 5 persen pada pertemuan Mei mendatang, katanya. Meski demikian, prospek pasar terhadap rupiah masih tetap tinggi. "Jadi kalau tidak ada hambatan yang berarti rupiah akan menguat dan menembus level Rp8.800 per dolar AS," ujarnya. Dikaitkan dengan eksportir, menurut dia, penguatan rupiah tidak akan merugikan eksportir selama penguatan tersebut berlangsung secara stabil. "Saya lihat sampai saat ini belum ada keluhan dari para eksportir karena rupiah yang stabil dan menguat seperti itu tidak akan selalu merugikan eksportir," katanya. Untuk meningkatkan ekspor, yang penting adalah memperbaiki efisiensi serta kualitas barang yang dijual. "Nilai sementara yang disebabkan oleh penguatan kurs tidak terlalu signifikan untuk meningkatkan ekspor. Yang penting rupiah yang stabil dan menguat bagus untuk ekonomi secara keseluruhan," katanya.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006