Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Republik Turki menawarkan kerjasama pertahanan berupa pemeliharaan pesawat-pesawat tempur jenis F-16 Fighting Falcon kepada Indonesia. "Secara umum, Turki ingin menjalin kerjasama di bidang pertahanan dan militer, masing-masing angkatan kedua negara," kata Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono setelah menerima Duta Besar Turki Aydin Evirgen di Jakarta Senin. Menhan mengemukakan, kerjasama kedua negara baik di bidang pertahanan maupun militer telah berjalan baik, terutama dalam bidang pendidikan serta latihan. "Secara spesifik, mereka menawarkan kerjasama dalam bidang pemeliharaan pesawat tempur F-16," tambahnya. Dari segi penjualan, F-16 memang benar-benar menggiurkan. Pasalnya, seperti diungkap Mike Nipper, Humas Lockhead Martin (LM), sejak diluncurkan pertama pada 1972 hingga kini, F-16 telah berhasil merebut 66 persen pangsa pasar dunia. Angka ini pun masih meningkat hingga 73 persen selama satu dekade terakhir, dan kembali menanjak tak tanggung-tanggung hingga 100 persen selama lima tahun terakhir. Ini artinya, dalam lima tahun terakhir, F-16 telah mendominasi pasar jet tempur ringan di dunia. Selain AS, pemakainya adalah Belgia, Denmark, Belanda, Norwegia, Israel, Mesir, Korea, Venezuela, Turki, Yunani, Singapura, Thailand, Indonesia, Bahrain, Portugal, Taiwan, Yordania, dan Uni Emirat Arab (UEA). Indonesia, dalam hal ini TNI Angkatan Udara, mulai mengoperasikan pesawat jenis ini sejak 1990. Pesawat jenis ini adalah jenis terbaik di kelasnya dan dikenal dengan F-16 A/B "block" 15 OCU, bermakna "Operational Capability Upgrade" setingkat lebih maju dibanding versi "block" 10 atau 15 milik negara lain. Peningkatan kemampuan yang dijalankan pada proyek "Falcon Up" tahun 2000 di Indonesia menjadikan pesawat ini mempunyai usia yang lebih panjang, dipadu persenjataan yang dimiliki saat ini berupa AGM-65G Maverick (untuk sasaran permukaan sejauh 15 km) serta rudal udara jarak pendek AIM-9 P4 (untuk sasaran udara sejauh 12 km), maka pesawat F-16 sangat cocok untuk pertempuran jarak pendek. Namun, adanya embargo yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia, pada 1998, maka rata-rata kesiapan dari F-16 Fighting Falcon hanya 35-40 persen. Menanggapi tawaran Turki untuk pemeliharaan pesawat F-16 dan pengadaan senjata ringan, Juwono mengatakan, pihaknya akan mengkonsultasikan terlebih dulu kepada presiden dan departemen luar negeri. "Kita akan lihat dulu apakah tawaran itu, layak atau tidak untuk ditindaklanjuti sebagai bagian dari sebuah kerangka kerjasama," katanya.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006