Jakarta (ANTARA News) - Departemen Luar Negeri (Deplu) sedang melakukan koordinasi dengan aparat kepolisian terkait dengan identitas dan tujuan 77 warga negara Myanmar yang terdampar di laut kawasan Pulau Rondo, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada Senin (24/4). "Deplu telah mengetahui hal itu dan kini sedang melakukan koordinasi dengan polisi," kata Juru Bicara Deplu Yuri O Thamrin kepada ANTARA News di Jakarta, Selasa. Yuri juga mengatakan bahwa hingga saat ini Deplu masih belum mengetahui identitas dari 77 orang tersebut. Sementara itu, sebanyak 77 warga negara Myanmar yang terdampar di laut kawasan Pulau Rondo, Provinsi NAD pada Senin (24/4) kini dalam penanganan aparat keamanan serta Pemerintah Kota Sabang dan ditampung di Pangkalan TNI AL (Lanal) setempat. "Saat ini mereka kita tampung di salah satu gedung milik Lanal, sementara kondisi kesehatan mereka cukup baik. Warga negara Myanmar yang terdampar di Pulau Rondo seluruhnya berjenis kelamin laki-laki dan berusia antara 20 hingga 35 tahun," kata Komandan Lanal Sabang, Kolonel Laut (P) Aswoto Saranang yang dihubungi ANTARA News dari Banda Aceh. Ia menjelaskan sebanyak 77 warga asal Rohinga, Myanmar itu ditemukan terdampar oleh nelayan tradisional asal Sabang di kawasan Pulau Rondo atau sekitar 18 mil dari Kota Sabang. Kemudian, orang asing yang mayoritas beragama Islam itu digiring ke pangkalan TNI AL sekitar pukul 19.00 WIB, Senin (24/4). "Atas laporan nelayan, TNI AL mengerahkan pesawat Nomad dan kapal patroli untuk melakukan identifikasi atas informasi tersebut. Setelah kami cek ternyata benar dan ke-77 warga asing itu kami giring ke pangkalan di Sabang," tambahnya. TNI AL melakukan pemeriksaan identitas dan kesehatan terhadap warga Myanmar tersebut. Ke-77 warga asing itu menggunakan satu unit perahu berukuran sekitar 10x3 meter bermesin 22 PK. Penanganan kesehatan juga dilakukan Palang Merah Indonesia (PMI) Sabang. "Mereka tidak memiliki identitas apapun. Mereka mengaku keluar dari negaranya untuk mencari pekerjaan dan tidak tahu kalau mereka sudah terdampar di perairan laut Indonesia (Sabang)," kata Dan Lanal mengutip pernyataan warga Myanmar itu. Sementara itu, staf Pemerintah Kota Sabang, Adnan Hasyim menjelaskan berdasarkan keterangan dari salah seorang dari 77 "manusia perahu" asal Myanmar itu mengatakan mereka berangkat dengan perahu dari negaranya pada 15 April 2006 dengan tujuan utama Malaysia untuk mencari pekerjaan. "Keterangan salah seorang dari warga Myanmar yakni Nurul Amin (35), menyebutkan mereka terpaksa keluar dari negaranya karena sulit memperoleh pekerjaan. Tujuan utama adalah Malaysia, namun karena cuaca tidak mendukung, maka perahu mereka terombang-ambing di tengah laut yang akhirnya terdampar di pulau Rondo tanpa penghuni," tambahnya. Nurul Amin seorang di antara puluhan warga Myanmar yang bisa berbahasa melayu. "Bahkan, Nurul Amin mengaku akibat kesulitan hidup di negaranya maka ia sudah 15 tahun tidak bisa bertemu dengan keluarganya, sehingga ia mmutuskan untuk merantau ke negara lain," ujar Adnan mengutip warga Myanmar itu. Adnan Hasyim yang juga Lurah Cot Ba` U Kota Sabang itu lebih lanjut mengatakan Pemerintah, DPRD, Lanal dan warga Sabang sangat antusias membantu ke-77 warga Myanmar itu. "Sejak informasi itu berkembang, masyarakat kota bersama Pemerintah dan DPRD antusias memberikan berbagai bantuan berupa makanan, minuman dan pakaian serta selimut kepada warga Myanmar itu," katanya. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006