Jakarta (ANTARA News) - Rupiah di pasar uang spot antar-bank Jakarta melemah 35 poin di awal perdagangan Rabu (pukul 09.20 WIB) ke posisi 8.840/8.850 per dolar AS, setelah pada hari sebelumnya ditutup pada level 8.805/8.812 per dolar AS. "Pelaku lokal cenderung melepas rupiah, setelah dua hari berturut-turut mengalami kenaikan hingga mencapai perkiraan analis pada 8.800 per dolar," kata Dirut Bank Saudara (sebelumnya Bank HS 1906) Farid Rahman di Jakarta. Ia mengatakan, aksi lepas rupiah oleh pelaku pasar cukup besar sehingga mata uang lokal itu turun tajam, meski dolar AS di pasar global turun terhadap euro, setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mengusulkan kenaikan suku bunga. Rupiah agak berat untuk bisa melewati angka batas psikologis 8.800 per dolar AS, namun perkiraan analis bahwa rupiah bisa mencapai level tersebut cukup berhasil, katanya. Aksi lepas rupiah, menurut dia, kemungkinan besar juga ada kekhawatiran dari pelaku pasar menjelang aksi buruh besar-besaran pada 1 Mei nanti, meski presiden telah melakukan dialog dengan ketua buruh Indonesia. Presiden bahkan meminta Wapres untuk hati-hati mengatasi masalah yang terjadi khususnya masalah buruh saat presiden mengadakan kunjungan ke Timur Tengah (Timteng), katanya. Mengenai dolar AS, ia mengatakan sejak perdagangan Senin lalu melemah, setelah negara-negara industri maju (G7) menyerukan negara-negara berkembang agar membiarkan mata uangnya menguat terhadap dolar AS untuk mengimbangi ketidakseimbangan perdagangan global. Dolar AS terhadap euro turun menjadi 1,2425 dari sebelumnya 1,2440, terhadap yen jadi 114,25 dari sebelumnya 115 yen, euro terhadap yen jadi 141,70 dari 141,50. Farid mengatakan, pelaku pasar aktif bermain di pasar dengan melepas rupiah, mereka mengindahkan isu bahwa dolar AS di pasar global masih tertekan. Suplai dolar AS di pasar modal oleh investor asing makin besar, indeks harga saham gabungan berada di atas 1.400 poin, namun investasi itu belum memicu rupiah bergerak naik lagi. Peluang pasar memang masih tinggi terhadap rupiah. Jadi koreksi harga yang terjadi hanya sementara saja, kemungkinan besar pada sore nanti rupiah akan kembali menguat, katanya. Sementara itu Menperin Fahmi Idris mengatakan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang terus menguat akhir-akhir ini disikapi berbeda oleh kalangan dunia usaha, namun yang pasti membuat pemerintah bergembira. "Mengenai penguatan rupiah ada berbagai visi dan versi," ujarnya. Ia mengatakan pada satu sisi kalangan industri dinilainya gembira dengan penguatan kurs rupiah, karena mereka menghendaki kurs berada pada level Rp8.000 sampai Rp9.000 per dolar AS. "Sedangkan eksportir menghendaki (kurs rupiah) kalau bisa Rp9.500 per dolar AS," katanya. Jadi, lanjut dia, penguatan rupiah disikapi berbeda dengan dunia usaha. "Susah disatukan pandangan itu."(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006