Yogyakarta (ANTARA News) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta masih meragukan laporan terjadinya hujan abu di lereng Merapi pada Kamis pagi antara pukul 06.30-08.00 WIB. "Hujan abu akan muncul kalau sudah ada letusan, tetapi sampai sekarang letusan Merapi belum ada. Jadi, logikanya tidak akan terjadi hujan abu. Apalagi status Merapi masih siaga," kata Staf BPPTK Yogyakarta Triani ketika dikonfirmasi mengenai laporan masyarakat di Dusun Gemer, Ngargomulyo, Kabupaten Magelang yang menyatakan sudah merasakan hujan abu tipis pagi tadi. Seperti dilaporkan dari Magelang, hujan abu tipis menyerupai kabut dirasakan oleh Kepala Dusun Gemer, Naro, saat ia berada di sawah. Hal ini kemudian disampaikannya kepada warga dusun setempat yang berjarak sekitar lima kilometer dari puncak Merapi. Untuk mengecek kebenaran hujan abu seperti dilaporkan warga tersebut, BPPTK Yogyakarta mengirimkan Ismail, petugas Pos Pengamatan Merapi di Babadan, Magelang ke Dusun Gemer. "BPPTK Yogyakarta memang mengirim petugas tersebut untuk mengetahui sejauh mana kebenaran hujan abu tersebut. Meski belum ada laporan resmi dari petugas, tetapi apa yang dirasakan masyarakat itu bukan hujan abu," ujarnya. Triani menambahkan, sampai sekarang Gunung Merapi masih berstatus siaga, dan letusan belum ada. Karena itu tidak mungkin terjadi hujan abu. Sementara itu data aktivitas Gunung Merapi untuk 26-27 April hingga pukul 06.00 WIB menyebutkan keadaan asap solfatara berwarna putih tebal dengan tekanan lemah. Tinggi asap maksimum 100 meter terukur dari Pos Babadan pada pukul 10.24 WIB. Cuaca cerah terlihat pada malam dan pagi hari, sedangkan pada siang dan sore berkabut dan mendung. Di sekitar Gunung Merapi tidak terlihat hujan, sementara suara guguran lava tidak terdengar. Data kegempaan pada 26 April tercatat jenis gempa vulkanik dangkal (VTB) satu kali, gempa fase banyak (MP) 148 kali dan gempa guguran 16 kali, sedangkan data pada 27 April dari pukul 00.00-06.00 WIB menyebutkan MP 26 kali dan gempa guguran empat kali, namun tidak tercatat VTB atau nihil.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006