Jakarta (ANTARA) - Pendiri Sekolah HighScope Indonesia Institute dr Antarina SF Amir mengatakan pembelajaran yang paling baik adalah pembelajaran yang dekat dengan kehidupan sebenarnya.

“Oleh karena itu, kegiatan belajar mengajar harus diatur sedemikian rupa agar dapat mengakomodasi apa yang dibutuhkan oleh para siswa,” ujar Antarina di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan bahwa yang dibutuhkan oleh siswa di antaranya nilai-nilai maupun kemampuan yang diperlukan siswa pada masa depan. Keterampilan yang dibutuhkan di antaranya kemampuan berbicara di depan publik, menulis, bernegosiasi, melakukan riset, memecahkan masalah, pembangunan kesepahaman (consensus building), serta kompromi dan kerja sama.

Baca juga: HSMUN 2022 ajarkan para siswa untuk belajar diplomasi

Oleh karena itu, HighScope menyelenggarakan HighScope Model United Nations (HSMUN) 2022 yang merupakan kegiatan simulasi Sidang PBB mengajarkan para siswa jenjang SMA untuk belajar diplomasi. Kegiatan tersebut diselenggarakan secara luring dan diikuti 114 siswa dari berbagai kota mulai dari 21 November hingga 24 November 2022.

“Melalui HSMUN 2022, para siswa diharapkan untuk dapat mengenal serta belajar mengenai diplomasi serta berbagai isu-isu global, dan mencari solusi atas permasalahan global di bangku sekolah,” kata dia lagi.

Baca juga: Akademisi: Pembelajaran berbasis teknologi perlu ditopang sarana

Para delegasi perwakilan sekolah akan mewakili negara-negara anggota PBB dan enam komite PBB, yaitu Historical Crisis Committee (HCC): “The Vietnam War: Division Along The Parallel”, United Nations Special Summit (UNSS): “Across the Multiverse: Ethics in Branching and Eliminating Alternate Timelines”, United Nations Security Council (UNSC): “Women and Children, Victims of Crossfire in the Ukraine - Russia Conflict”, United Nations Human Rights Council (UNHRC): “Protecting the Rights of Workers in Pacing Fast Fashion”, World Health Organization (WHO): “Providing Adequate Access to Sanitation”, dan The Disarmament and International Security Committee (DISEC): “Developing Regulations on Artificial Intelligence in Modern Society”.

Di dalam committee session inilah setiap peserta/delegasi dapat menjelaskan posisi dari negara yang diwakili terkait dengan isu yang dibahas, mempertahankan argumentasi dan hak-hak dari negara yang diwakili, serta berusaha mencari dukungan dari negara-negara lain untuk mendukung resolusi yang dirancang.

Baca juga: Pembelajaran semakin menyenangkan dengan kreativitas guru dan siswa

Sedangkan dalam General Assembly pada hari terakhir, masing-masing delegasi mempresentasikan resolusi yang telah mereka buat dan seluruh delegasi akan memberikan suara apakah mendukung atau menolak resolusi tersebut.

Pewarta: Indriani
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2022