Jakarta (ANTARA News) - Wakil Menteri Perdagangan Amerika Serikat (AS), David Sampson, mengatakan pihaknya telah memiliki dua pusat peringatan Tsunami yang diawasi selama 24 jam sehari sepanjang tahun. "Ini menandai tahap penting dalam memperkuat sistem peringatan Tsunami AS yang dipercepat menyusul terjadinya bencana Tsunami di lautan Hindia pada Desember 2004," kata Sampson dalam pertemuan dengan wakil perusahaan-perusahaan AS yang aktif membantu korban bencana itu di Jakarta, Jumat. Badan Kelautan dan Udara Departemen Perdagangan (NOAA) mempekerjakan 15 karyawan baru untuk mengawasi kedua pusat peringatan Tsunami tersebut selama sehari semalam. Sebagian wilayah Indonesia, terutama Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD), Sri Lanka, India, dan Maladewa dihantam gelombang raksasa (Tsunami) menyusul gempa bumi berkekuatan hampir sembilan pada Skala Richter pada 26 Desember 2004. Dalam bencana itu, lebih dari 200 ribu orang dilaporkan tewas dan hilang, serta lebih dari 500 ribu orang lainnya kehilangan tempat tinggal. Dari sekitar 500 ribu orang yang selamat, 152 ribu orang berstatus pengungsi sedangkan 312 ribu orang lainnya tidak lagi menganggap diri mereka sebagai pengungsi. Akibat bencana yang menghancurkan 800 km pantai Aceh itu, sebanyak 75 ribu unit rumah di Aceh dan Nias harus direhabilitasi, lebih dari 600 km jalan dan 119 jembatan utama, 122 fasilitas kesehatan, 64 ribu hektare lahan pertanian, dan 15 ribu hektare tambak garam rusak maupun hancur. Paska bencana itu, Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang terlibat dalam konflik bersenjata sejak 1970-an mencapai kesepakatan damai di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005. Pemerintah AS melalui USAID membantu para korban melalui berbagai proyek rekonstruksi dan bantuan kemanusiaan senilai 400,1 juta dolar AS. Lebih dari 600 ribu warga menikmati langsung manfaat bantuan tersebut.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006