Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta, Senin pagi, naik tipis sekitar enam poin menjadi Rp8.782/8.785 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan akhir pekan lalu Rp8.787/8.892, menyusul melemahnya dolar AS di pasar global. "Kenaikan rupiah yang tipis itu, karena pelaku pasar bersikap hati-hati untuk masuk pasar, khawatir dengan demo buruh besar-besaran berkaitan dengan Hari Buruh Sedunia 1 Mei 2006," kata Analis Valas PT Bank Saudara, Yusuf, di Jakarta, Senin. Menurut dia, rupiah seharus bisa bergerak naik lebih jauh, namun kekhawatiran atas demo buruh itu mengakibatkan pelaku hanya mengamati kegiatan pasar dari jauh. "Mereka khawatir aksi demo itu akan menyebabkan jatuhnya korban dan kerusakan, apabila ada yang memprovokasi mereka untuk berbuat lebih brutal," katanya. Aksi demo buruh yang dimulai pukul 10.00 pagi, terlihat tenang aman. Bahkan arus lalu lintas di Jalan Merdeka Selatan berjalan dengan lancar. "Kami memperkirakan aksi demo buruh akan berjalan dengan tenang dan lancar, meski mereka mengajukan usulan agar revisi RUU ketenagakerjaan dibatalkan," kata Yusuf. Kondisi pasar seperti itu, ia lebih lanjut mengatakan, terutama disebabkan pelaku cenderung mencari aman saja, apalagi pasar valas di Thailand, Singapura dan Filipina saat ini libur menyambut May Day. Karena itu, meski peluang pasar cukup besar memicu rupiah menguat, namun suplai dan demand serta pelaku pasar memegang peranan, karena tanpa ketiga unsur tersebut aktivitas perdagangan tidak akan berjalan, katanya. Mengenai dolar AS, ia mengatakan greenback merosot terhadap yen, setelah Bank Sentral AS (The Fed) mengatakan akan mengakhiri kampanye kenaikan tingkat suku bunganya yang memicu pelaku pasar melepas dolar AS. Dolar AS saat ini mendapat sorotan dari pedagang, setelah negara tersebut terus dilanda pembengkakan defisit transaksi berjalan, kekuatiran atas ambisi Iran untuk memiliki senjata nuklir dan pertemuan negara-negara industri maju G-7, katanya. Penjualan dolar AS itu juga terjadi, setelah Ketua Bank Sentral AS Ben Bernanke menyatakan bank sentral akan mengakhiri kampanye kenaikan suku bunga, karena bunga yang tinggi, tambahnya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006