"Untuk mengurangi risiko sindrom metabolik, masyarakat harus menjalankan pola hidup sehat, mengontrol pola makan dan olahraga," kata Sudikno dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Sindrom metabolik dapat berupa hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan obesitas. Salah satu faktor risiko sindrom metabolik adalah meningkatnya massa lemak dan distribusi lemak dalam tubuh.
Sudikno menuturkan setiap individu diharapkan memperhatikan asupan gizi dan mengonsumsi makanan yang bernutrisi dengan memperbanyak konsumsi buah dan sayur.
Untuk menunjang aktivitas fisik, pemerintah dapat menyediakan sarana umum yang memadai, yaitu pedestrian, tata kota yang baik, ruang hijau dan penerapan aturan pembatasan kandungan garam, gula dan lemak untuk makanan di restoran.
Baca juga: BRIN mengembangkan parfum padat menggunakan teknologi nano
Baca juga: BRIN: Optimalisasi lahan rawa wujudkan ketahanan pangan nasional
Selain mengatur pola makan, peneliti Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN Nazarina mengatakan masyarakat juga perlu mengubah perilaku makan. Perilaku makan yang benar harus dibentuk sedini mungkin.
Perilaku makan dipengaruhi oleh sejumlah faktor di antaranya pendidikan gizi, fisiologi dan pengalaman makan, person related determinant, lingkungan, fisik eksternal, psikologis, biologis, obesitas dan tidur.
Ia menuturkan waktu tidur sangat mempengaruhi perilaku makan karena semakin sedikit waktu tidur, peluang makan akan semakin besar. Berbeda apabila tidurnya mencukupi maka keinginan makan pun menurun, karena dipengaruhi hormon melatonin.
Baca juga: BRIN: Perkuat bangunan agar tahan gempa
Baca juga: BRIN ciptakan inovasi pendeteksi ikan
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Agus Salim
COPYRIGHT © ANTARA 2022