Banda Aceh (ANTARA News) - Nasib 77 manusia perahu asal Myanmar yang kini berada di Sabang (Pulau weh), Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), kini dikabarkan terkatung-katung, karena hingga saat ini mereka belum dideportasi. "Puluhan manusia perahu kini masih menunggu kebijakan pemerintah untuk menyelesaikan masalah deportasi tersebut," kata Kepala Divisi Keimigrasian Kanwil Departemen Kehakiman dan HAM Provinsi NAD, W. Setiawan, Bc.In kepada ANTARA di Banda Aceh, Selasa. Ia menyatakan pihak imigrasi juga sudah melaporkan masalah ini kepada Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta, namun sampai saat ini, utusan dari kedubes mereka juga belum sampai ke Sabang. Dikatakannya sebenarnya para manusia perahu itu berkeinginan segera dideportasi dari Indonesia, karena mereka juga sudah tidak betah berada di Sabang, mengingat tujuan mereka meninggalkan negaranya adalah Malaysia. Setiawan menyatakan dua hari lalu Muspida Sabang melakukan rapat untuk membahas masalah deportasi tersebut, karena para manusia perahu itu sudah mendesak untuk meninggalkan Sabang. Bahkan, menurut dia, para manusia perahu dibiarkan berangkat dengan perahu mereka sendiri, namun Muspida Sabang tidak mau lepas tangan begitu saja, karena khawatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di tengah laut. "Sebenarnya, kalau Muspida Sabang mengizinkan, para manusia perahu itu bersedia berangkat dengan perahu mereka sendiri, tapi tidak bisa pergi begitu saja, karena kapasitas kapal sangat mengkhawatirkan," ujarnya. Untuk itu, lanjut Setiawan, Muspida Sabang dan pihak imigrasi masih menunggu kebijakan pemerintah bagaimana baiknya. Ketika ditanya apakah masalah tersebut sudah ditangani UNHCR (Badan PBB masalah pengungsi), Ia menyatakan sampai sekarang belum, namun beberapa hari lalu telah datang dua perwakilan UNHCR untuk melihat kondisi para manusia perahu tersebut. Sebelumnya diberitakan 77 manusia perahu yang semuanya laki-laki beragama Islam itu terdampar di Pulau Rondo sekitar 18 mil laut dari Sabang, pada Jumat (21/4), dalam pelayaran menuju Malaysia dan baru berhasil dievakuasi ke Sabang pada Senin (24/4). Para manusia perahu itu ingin berlayar menuju Malaysia untuk mencari penghidupan yang layak, karena di negaranya mereka disisihkan, sehingga sangat sulit mencari nafkah, katanya. Disebutkan manusia perahu yang semuanya laki-laki itu berumur antara 20 hingga 46 tahun dan terdapat dua remaja berumur 16 tahun. Ke-77 warga asing itu menggunakan satu unit perahu berukuran sekitar 10x3 meter bermesin 22 PK. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006