Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menilai tema besar dalam dua buku karya pakar hukum tata negara Jimly Asshiddiqie dapat menggugah kesadaran dan komitmen kolektif masyarakat Indonesia sebagai sebuah bangsa tentang persoalan mendasar dalam kehidupan berbangsa.

"Prof. Jimly mewacanakan narasi serta wawasan kebangsaan untuk menggugah kesadaran kolektif bangsa Indonesia tentang berbagai persoalan mendasar dalam kehidupan berbangsa," ujar Bamsoet, sapaan akrab Bambang Soesatyo, saat menjadi pembicara kunci dalam acara peluncuran dua buku karya Jimly Asshiddiqie, yakni Teokrasi, Sekularisme, dan Khilafahisme; serta Oligarki dan Totalitarianisme Baru di Kantor Komisi Yudisial, Jakarta, Senin.

Menurut Bamsoet, dalam buku Teokrasi, Sekularisme, dan Khilafahisme, Jimly menggugah kesadaran kolektif mengenai persoalan hubungan negara dan agama di Tanah Air yang pada dasarnya sebagai negara Pancasila, pengamalan agama dan penyelenggaraan negara Indonesia dapat berjalan beriringan dan saling menguatkan.

Sementara itu, dalam buku Oligarki dan Totalitarianisme Baru, Jimly dinilai menggugah kesadaran kolektif bahwa bangsa Indonesia telah bersepakat kekuasaan negara dan pemerintahan, terutama kekuasaan untuk mengelola serta memanfaatkan sumber daya material negara, tidak boleh hanya dikendalikan atau dikuasai oleh segelintir kelompok elite.

Lebih lanjut, melalui buku Teokrasi, Sekularisme, dan Khilafahisme, Bamsoet menilai Jimly menyajikan kumpulan tulisan yang bertautan dengan eksistensi paham ketuhanan dan keagamaan dalam konteks kehidupan bernegara.

Di dalamnya pula, kata dia, terdapat relasi antara hukum agama dan sistem hukum nasional.

Bamsoet menyebutkan berbagai paham tersebut hadir sebagai mazhab pemikiran yang sejak akhir abad ke-20 kembali mengemuka sebagai suatu gagasan yang diasumsikan menjadi prinsip ideal untuk dipraktikkan pada zaman modern saat ini.
 
"Buku karya Prof. Jimly lainnya, Oligarki dan Totalitarianisme Baru, menyetir dinamika kualitas kehidupan demokrasi di Tanah Air yang tercermin dari pasang surut capaian indeks demokrasi. Itu mengisyaratkan bahwa kematangan dan kedewasaan berdemokrasi kita masih labil, belum mencapai pada titik kemapanan," lanjutnya.

Dalam kesempatan yang sama, Bamsoet mengapresiasi kontribusi Jimly yang terus menggalang tanggung jawab intelektual bagi transformasi hukum dan sosial di Indonesia untuk mewujudkan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara lebih baik.

"Prof. Jimly tidak pernah lelah menggalang tanggung jawab intelektual untuk turut memberikan kontribusi pemikiran dalam usaha transformasi hukum dan sosial menuju Indonesia yang lebih baik," ujar dia.

Di samping itu, lanjut dia, Jimly sebagai tokoh bangsa juga tidak pernah lelah mewacanakan narasi serta wawasan kebangsaan untuk menggugah kesadaran kolektif bangsa Indonesia tentang berbagai persoalan mendasar dalam kehidupan berbangsa.

Baca juga: Jimly luncurkan dua buku soal hubungan negara-agama dan kekuasaan
Baca juga: Jimly Asshiddiqie dorong masyarakat sipil topang pengawasan pemilu

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: D.Dj. Kliwantoro
COPYRIGHT © ANTARA 2022