Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi turun, seiring pelaku pasar yang masih mengantisipasi hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed), pada pekan depan.

Rupiah pagi ini melemah 14 poin atau 0,09 persen ke posisi Rp15.632 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.618 per dolar AS.

"Rupiah kemungkinan bisa melemah hari ini seiring dengan sentimen negatif pasar terhadap aset berisiko di pagi ini. Indeks saham Asia terlihat bergerak negatif," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

Selain itu, lanjut Ariston, pelaku pasar juga terlihat masih mengantisipasi hasil rapat The Fed pada pekan depan.

Menurut Ariston, pelaku pasar mewaspadai kemungkinan bank sentral AS itu masih mendukung kenaikan suku bunga yang tinggi.

Baca juga: Dolar naik tipis, prospek pertumbuhan yang kian gelap rusak sentimen

Data pada awal pekan menunjukkan bahwa aktivitas industri jasa-jasa AS secara tak terduga meningkat pada November, yang mendorong spekulasi The Fed akan menaikkan suku bunga lebih besar dari yang diproyeksikan baru-baru ini.

Pelaku pasar saat ini memperkirakan kenaikan 50 basis poin oleh The Fed pada minggu depan dan memproyeksikan suku bunga acuan sedikit di atas 5 persen pada Mei 2023.

"Pagi ini data neraca perdagangan China bulan November yang diekspektasikan terjadi penurunan aktivitas ekspor dan impornya juga memberikan sentimen negatif ke pasar," ujar Ariston.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah berpotensi melemah ke arah Rp15.650 per dolar AS dengan potensi penguatan Rp15.580 per dolar AS.

Pada Selasa (6/12)  rupiah ditutup melemah 155 poin atau 1 persen ke posisi Rp15.618 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.463 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah merosot 156 poin di tengah penguatan data ekonomi AS
 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2022