Jakarta (ANTARA) - Aksi korporasi PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) yang mengakuisisi PT Jembatan Nusantara dinilai akan semakin meningkatkan pelayanan jasa pelayaran di Indonesia.

Akademisi Institut Teknologi Sumatera Ilham Malik mengatakan akuisisi tersebut akan mengubah budaya pelayanan dengan mengikuti standar ASDP selama ini, sehingga ada perbaikan layanan dalam penyediaan jasa pelayaran.

"Setiap perusahaan memiliki budaya kerja dan pelayanan yang berbeda, saya kira ASDP akan terus memberikan pelayanan maksimum ke masyarakat, baik dari sisi akses kemana-mana, pelayanan di dalam kapal, hingga keselamatan kapal, itu sudah ada budayanya di ASDP," katanya dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Baca juga: ASDP antisipasi lonjakan penumpang jelang Natal dan Tahun Baru

Menurut dia, akuisisi juga tidak akan mengganggu perusahaan swasta di bisnis serupa, sebab ASDP tidak menambah kapal, tetapi memanfaatkan unit yang ada dengan memberikan pelayanan yang lebih maksimal.

Ilham melanjutkan dengan perbaikan pelayanan, daya saing sektor pelayaran akan meningkat dan perusahaan lain pun terpacu memperbaiki layanannya, sehingga jasa transportasi pelayaran semakin baik melayani masyarakat.

"Bagi perusahaan swasta tentunya harus mencari cara agar semakin memiliki competitif condition dengan ASDP, misalnya dari sisi kecepatan pelayanan, kenyamanan di kapal, dan waktu pelayarannya," ucapnya.

Ilham pun memandang akuisisi Jembatan Nusantara oleh ASDP merupakan aksi korporasi yang tidak melanggar aturan dan hal lazim dilakukan perusahaan. Serta, dinilai masih ada potensi yang bisa dikembangkan untuk membuat perusahaan tersebut lebih maju.

"Ini merupakan aksi korporasi yang disepakati kedua belah pihak dan tidak ada aturan yang dilanggar dengan prosesnya pun terbuka. Biasa dilakukan perusahaan yang ingin berkembang atau perusahaan yang sedang mengalami pailit, kemudian menawarkannya ke perusahaan lain. Dalam konteks ini, ASDP yang merespons itu dan melihat ada prospek usaha dengan membeli perusahaan tersebut," imbuhnya.

Baca juga: ASDP Operasikan KMP Puteri Leanpuri tujuan Tanjung Ru - Tanjung Nyato

Akuisisi Jembatan Nusantara, yang merupakan perusahaan penyeberangan swasta terbesar kedua di Indonesia merupakan bagian dari rencana jangka panjang ASDP untuk memperbesar pangsa pasar di lintasan komersial.

Saat ini, jumlah lintasan sebanyak 311, yang 70 persen adalah lintasan perintis.
Demi mendukung keberlanjutan pelayanan dan memastikan keseimbangan kedua layanan tersebut, lintasan komersial ASDP harus diperkuat.

Aksi korporasi ASDP itu telah mendapatkan persetujuan pemegang saham setelah melalui studi kelayakan dan due dilligence yang melibatkan lembaga independen dan kredibel antara lain PT Deloitte Konsultan Indonesia (financial due diligence), PricewaterhouseCooper Indonesia (tax due diligence), Hiswara Bunjamin & Tandjung-HBT, PT Biro Klasifikasi Indonesia-BKI (engineering due diligence), KJPP Muttaqin Bambang Purwanto Rozak Uswatun & Rekan (MBPRU) (asset due diligence), PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) sebagai financial advisor, serta KJPP Suwendho Rinaldy & Rekan (stock appraisal) yang memberikan penilaian atas saham perusahaan target.

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan langkah akuisisi ini membuat ASDP menjadi operator penyeberangan terbanyak di Indonesia dan bahkan di dunia.

Melalui akuisisi tersebut, ASDP mendapatkan tambahan sebanyak 53 unit armada dan mengoperasikan enam lintasan long distance ferry (LDF). Dengan tambahan 53 unit,  ASDP kini memiliki 219 unit kapal.

"Kita berharap akuisisi ini tak sekadar menambah portofolio perusahaan, melainkan juga mampu meningkatkan daripada kontribusi ASDP kepada negara, dan utamanya untuk masyarakat," kata Erick.

Baca juga: ASDP terapkan pembayaran non-tunai di empat pelabuhan Ambon

Sebagai negara kepulauan, peningkatan fasilitas dan pelayanan dari industri perkapalan, pelabuhan, maupun penyeberangan, merupakan sebuah keharusan.

Hal ini juga selaras dengan arahan Presiden RI Joko Widodo dalam peningkatan akses layanan penyeberangan.

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2022