Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menyerahkan keputusan pemilihan cara penyelesaian masalah kredit bermasalah (non performing loan) kepada masing-masing bank. "Saya kira soal penyelesaian NPL terserah banknya mau dibentuk dalam apa, tetapi intinya kita mendukung upaya penyelesaian NPL," kata Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI Muliaman D. Hadad di Gedung Departemen Keuangan Jakarta, Rabu. Ia mengakui, di sejumlah negara memang ada pembentukan special purpose vehicle (SPV) dalam rangka penyelesaian kredit macet atau NPL. "Kita tidak mempunyai saran khusus mengenai pembentukan SPV. Bagi kita intinya yang penting adalah ada penyelesaian NPL," katanya. Sebelumnya muncul sejumlah opsi dalam upaya mengatasi adanya kecenderungan makin meningkatnya NPL terutama di bank BUMN. Opsi tersebut antara lain pembentukan SPV dan revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 tahun 2005 tentang penyelesaian piutang negara. Berbeda dengan bank-bank swasta, bank BUMN tidak dapat seenaknya melakukan hapus buku terhadap kredit yang telah disalurkan, guna menurunkan NPL. Hal itu tidak dapat dilakukan karena menyangkut aset negara di bank BUMN. Ketika ditanya apakah tidak berbahaya/beresiko jika bank-bank BUMN disamakan dengan bank swasta dalam melakukan hapus buku, Muliaman mengatakan, tidak berbahaya sepanjang jalur atau koridornya jelas. Ia menyebutkan, dalam bisnis plan masing-masing bank yang diajukan ke BI, tidak disampaikan secara eksplisit bagaimana cara menyelesaikan NPL. "Yang ada di bisnis plan hanya target-target seperti target pertumbuhan kredit tahun ini, target bulan depan, dan sebagainya," katanya. Sementara itu mengenai kondisi ekonomi triwulan I 2006, Muliaman mengakui memang menurun dibanding triwulan sebelumnya di tahun 2005. "Triwulan I 2006 memang turun, tapi kan prosesnya masih panjang. Ini baru beberapa bulan. Kita lihat perkembangannya," katanya. Ketika ditanya apakah suku bunga akan turun mengingat inflasi sudah makin turun, Muliaman menyatakan belum dapat berbicara sejauh itu. "Tetapi yang kita yakini adalah bahwa situasi akan bergerak lebih bagus pada pertengahan tahun, bahkan rata-rata pertumbuhan kredit bisa mencapai 21 persen pada tahun 2006 ini," katanya.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006