Manila (ANTARA News) - Pemerintah Filipina, Rabu, mendesak mantan senator yang diburu karena merencanakan penggulingan atas diri Presiden Gloria Arroyo segera menyerahkan diri. Jurubicara Arroyo Ignacio Bunye mengatakan Gregorio "Gringo" Honasan, mantan kolonel Angkatan Darat yang dicurigai memimpin beberapa usaha kudeta berdarah pada tahun 1990-an, sebaiknya menjawab tuduhan tersebut di pengadilan. Menurut Bunye, mantan senator Filipina itu lebih baik datang ke pengadilan untuk memberikan jawaban. "Ia dapat membela dirinya dan menjernihkan namanya di depan pengadilan, bukannya, mengaku-ngaku tidak bersalah di depan media sambil menyembunyikan diri," ujar Bunye. Honasan dituduh melakukan konspirasi dengan pemberontak komunis dan tentara sayap kanan lewat rencana penggulingan secara paksa atas diri Arroyo Februari lalu. Presiden Filipina memecat beberapa pejabat militer dan polisi. Para jaksa pemerintah juga menuduh enam anggota parlemen sayap-kiri bersama Honasan terlibat dalam rencana tersebut, yang menyerukan pembentukan pemerintah sementara dalam upaya menggeser Arroyo. Honasan, mantan kolonel Angkatan Darat, merupakan di antara beberapa tokoh utama yang membantu menggulingkan rejim diktator Ferdinand Marcos tahun 1986. Ia juga memimpin beberapa usaha kudeta pada akhir tahun 1980-an dan pernah membual bahwa ia "penasehat rakyat dalam kudeta yang gagal." Ia kemudian diberikan amnesti, dan pada tahun 1990-an memenangkan satu kursi di Senat. Mantan kolonel angkatan darat ini dituduh terlibat dalam pemberontakan yang gagal tahun 2003. Dalam aksi itu ia menghimpun para pejabat militer junior.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006