Semarang (ANTARA News) - Tiga orang yang ditangkap di Semarang, dan diduga sebagai pengikut Noordin M Top, hingga Rabu masih diperiksa di Mapolda Jateng. Tiga orang yang ditangkap itu masing-masing Slamet Pramono (45) penduduk Sedayu Indah Genuk, Budiyono (45) warga Genuksari Genuk, dan Najib (38) warga Bangetayu Genuk Semarang. Namun hingga kini belum diketahui keterlibatan ketiga orang tersebut dalam jaringan gembong teroris Noordin M.Top. Menurut keterangan, Slamet yang ditangkap selasa (2/5) malam diduga kuat ikut menyembunyikan Noordin M Top. Slamet adalah teman Anif Sulchanudin warga Pamularsih Semarang yang ditangkap Densus 88 Antiteror pada 16 November 2005. Sementara itu, Budiyono disebut-sebut ikut membantu kegiatan para teroris, dengan cara menyuplai dana, sedangkan Najib disebut-sebut sebagai relawan bom bunuh diri pimpinan Noordin M Top. Hingga kini ketiga orang itu masih diperiksa secara intensif. Polisi terus berupaya keras menangkap tersangka teroris Noordin M.Top. Dua tersangka yang ditangkap di Wonosobo dan Temanggung, Mustafirin dan Sholahudin dibawa petugas dari kota ke kota untuk menelusuri jejak Noordin M.Top. Sementara itu dari Kudus dilaporkan, Mustafirin salah satu tersangka yang ditangkap di Temanggung itu diduga berasal dari Desa Klumpit Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Kabar itu menyusul, setelah beberapa waktu lalu keluarga tersebut didatangi petugas yang diduga anggota Densus 88 Antiteror. Sementara itu pula, identitas dua jenasah yang diduga sebagai anak buah Noordin M Top akhirnya berhasil dikenali. Jenasah yang menurut polisi bernama Jabir, akhirnya diketahui bernama Gempur Budi Angkoro (27) warga Mojorejo RT 2 RW 1 Kecamatan Kebonsari Madiun Jatim. Jenasah kedua yang dikenali sebagai Abdul Hadi alias Bambang ternyata bernama asli Bahrudin Saleh (31) warga Desa Keteguhan RT 1 RW VI Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Jateng. Kepastian tersebut didapatkan setelah ayah kedua orang tersebut mengakui bahwa salah satu jenasah yang tewas setelah baku tembak di Dusun Binangun Kecamatan Kertek Wonosobo Sabtu (29/4) lalu adalah anaknya. Orang tua Bahrudion Saleh, Muslam (61) yang didampingi anaknya yang lain setelah mendapat izin untuk melihat jenasah anaknya yang disimpan di ruang pendingin RS Bhayangkara, meyakini bahwa salah satu jenasah itu adalah anaknya. Meski pihak keluarga sudah meyakini bahwa jenasah itu anaknya, namun belum bisa dibawa pulang untuk dimakamkan selayaknya karena polisi masih akan melakukan test DNA. "Kami diminta menunggu sampai dua minggu untuk proses DNA, setelah itu baru boleh dibawa pulang," kata kedua orang tua itu.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006